Research on the analysis of the reduction of the potential of methane gas CH4 in the processing of palm oil mill effluent with the method of processing through Biodigester and Conventional ponds. Palm oil mill waste management system PT. The Indo Palm Fertile Core which reduces CH4 by splitting the effluent out of the inlet is divided into 2 lines, each pathway of the system aims to reduce methane gas CH4 that comes from the degradation of organic matter present in the liquid waste. Sample analysis was taken from 6 palm oil mill waste processing ponds owned by PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan. In this study the authors calculated repetition of sampling conducted using the Slovin technique. The measured parameters of wastewater are Biochemical Oxygen Demand BOD, Chemical Oxygen Demand COD, pH and temperature in each pond that affects the formation of methane gas and carbon dioxide. Analysis of methane gas is determined in 1 way namely theoretically using equations and using the Biogas 5,000 Gas Analyzer tool. Calculation of methane gas potential CH4 is carried out to find out how much the potential of methane gas CH4 in each WWTP pond. From the calculation of the potential emissions of methane gas CH4 it will be known how much reduction in methane gas CH4 in the treatment of liquid waste in PKS PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan Regency. Results of COD anasis and methane gas potential in biodigesters The average value of COD loading on Biodigester per day in September at the time of sampling was 24,884 kg / day. Potential emissions of methane captured in the Biodigester is 7, Nm3 / Day. The percentage of potential methane emissions in the Biodigester per day is Whereas the highest methane gas pool was found in pond 3, which is Nm3 / day, which was calculated theoretically with a percentage of methane gas emissions of However, if measured using a tool, the percentage of potential methane gas in a 3 COD pool of 58,112 mg / L is 0% at a temperature of 35 ° C and a pH of The highest methane gas emissions occur in pond 3 during the daytime with a value of Nm3 / Day on the first day, Nm3 / Day on the second day, Nm3 / Day on the third day and Nm3 / Day on the fourth day, the potential emissions of the biodigester have been calculated by the company. The potential of methane emissions captured in Biodigester is 7, Nm3 / Day with the percentage of potential methane emissions in Biodigester an average of per day. The highest value of methane gas emissions during the 4 days of the study was Nm3 / day on the second day taken at noon with a pool temperature of 35 ͦ C. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 89 ANALISIS REDUKSI POTENSI GAS METANA CH4 PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE PENGOLAHAN MELALUI BIODIGESTER DAN KOLAM KONVENSIONAL Firman Indra Arya1, Thamrin2, Amelia Linggawati3 1 Magister Ilmu Lingkungan,Program Pascasarjana, Universitas Riau 2Email arya21 Diterima 21 Maret 2021Disetujui 22 Maret 2021Diterbitkan 31 Maret 2021 Analysis of Methane Gas Ch4 Reduction in Palm Oil Mill Liquid Waste Management Using Biodigester and Conventional Pond Methods Abstract Research on the analysis of the reduction of the potential of methane gas CH4 in the processing of palm oil mill effluent with the method of processing through Biodigester and Conventional ponds. Palm oil mill waste management system PT. The Indo Palm Fertile Core which reduces CH4 by splitting the effluent out of the inlet is divided into 2 lines, each pathway of the system aims to reduce methane gas CH4 that comes from the degradation of organic matter present in the liquid waste. Sample analysis was taken from 6 palm oil mill waste processing ponds owned by PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan. In this study the authors calculated repetition of sampling conducted using the Slovin technique. The measured parameters of wastewater are Biochemical Oxygen Demand BOD, Chemical Oxygen Demand COD, pH and temperature in each pond that affects the formation of methane gas and carbon dioxide. Analysis of methane gas is determined in 1 way namely theoretically using equations and using the Biogas 5,000 Gas Analyzer tool. Calculation of methane gas potential CH4 is carried out to find out how much the potential of methane gas CH4 in each WWTP pond. From the calculation of the potential emissions of methane gas CH4 it will be known how much reduction in methane gas CH4 in the treatment of liquid waste in PKS PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan Regency. Results of COD anasis and methane gas potential in biodigesters The average value of COD loading on Biodigester per day in September at the time of sampling was 24,884 kg / day. Potential emissions of methane captured in the Biodigester is 7, Nm3 / Day. The percentage of potential methane emissions in the Biodigester per day is Whereas the highest methane gas pool was found in pond 3, which is Nm3 / day, which was calculated theoretically with a percentage of methane gas emissions of However, if measured using a tool, the percentage of potential methane gas in a 3 COD pool of 58,112 mg / L is 0% at a temperature of 35 ° C and a pH of The highest methane gas emissions occur in pond 3 during the daytime with a value of Nm3 / Day on the first day, Nm3 / Day on the second day, Nm3 / Day on the third day and Nm3 / Day on the fourth day, the potential emissions of the biodigester have been calculated by the company. The potential of methane emissions captured in Biodigester is 7, Nm3 / Day with the percentage of potential methane emissions in Biodigester an average of per day. The highest value of methane gas emissions during the 4 days of the study was Nm3 / day on the second day taken at noon with a pool temperature of 35 ͦ C. Jurnal Ilmu Lingkungan, Maret 2021 , Volume 15, Nomor 1 p-ISSN 1978-5283 DOI e-ISSN 2721-4583 © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 90 Keywords Reduction CH4, Liquid Waste Management, Biodigester and Conventional Ponds PENDAHULUAN Provinsi Riau merupakan salah satu sentra produksi kelapa sawit terbesar di Indonesia. Dari 3,46 juta ha lahan sawit di Riau, 58,6% diklasifikasikan di bawah budidaya perkebunan sawit rakyat, dan sebanyak 3,6% dan 37,8% masing-masing dibudidayakan oleh perusahaan milik negara dan swasta. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan 2017 produksi Crude Palm Oil di Provinsi Riau mencapai Ton pada Tahun 2017. Dampak perkembangan pesat produksi minyak sawit mentah adalah limbah cair kelapa sawit, yang sering disebut sebagai POME. Palm Oil Mill Effluent POME adalah limbah cair yang berminyak dan tidak beracun namun memiliki kandungan organik yang sangat tinggi. Meski tak beracun, limbah cair tersebut dapat menyebabkan bencana lingkungan bila dibuang ke kolam terbuka, dan akan melepaskan sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya yang menyebabkan emisi gas rumah kaca. Oleh karenanya jika emisi ini ditangkap dengan menggunakan teknologi fermentasi anaerobik, biogas yang ada bisa menggantikan fungsi Liquid Petroleum Gas LPG. Menurut Cahyanto 2015 Satu ton Tandan Buah Sawit TBS bisa menghasilkan emisi sebanyak 23,25 kg CH4 yang jika dikonversikan sepenuhnya ke dalam LPG, maka akan ada sekitar 58 rumah yang bisa menggunakan biogas setiap bulan dengan rata-rata konsumsi 17,25 kg. PT. Inti Indosawit Subur dibawah PT. Asian Agri merupakan satu dari banyak perusahaan yang telah mengimplementasikan inovasi pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi biogas. Perusahaan ini ikut berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan yang berguna untuk mereduksi mengurangi emisi gas metana. Industri Kelapa Sawit yang berlokasi di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau ini menerapkan sistem land aplikasi, dimana air limbah cair sisa produksi digunakan sebagai penyuplai unsur hara fertilizer Noor, 2014. Pemanfaatan limbah cair Pabrik Kelapa Sawit diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajuan Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit yang berisi tata cara dan persyaratan pedoman pengkajian pemanfaatan limbah cair Pabrik Kelapa Sawit Kementrian Lingkungan Hidup, 2007. Sistem pengolahan limbah pabrik kelapa sawit PT. Inti Indo Sawit Subur yang mereduksi CH4dengan memecah limbah yang keluar dari inlet dibagi menjadi 2 jalur, setiap jalur dari sistem tersebut bertujuan untuk mereduksi gas metan CH4 yang berasal dari degradasi bahan organik yang ada pada limbah cair. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan menentukan potensi emisi gas metana CH4 dari kegiatan pengelolaan air limbah kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan, menentukan besar reduksi emisi methana CH4 dengan pengolahan menggunakan metode kolam dan biodigester pada PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan, dan © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 91 menganalisis efektifitas kinerja daris sitem pengolahan menggunakan metode kolam dan biodigester pada PT, Inti Indosawit Subur Pelalawan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan memberikan informasi mengenai emisi gas metana yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair kelapa sawit PT. Inti Indo Sawit Subur. Objek dalam penelitian ini adalah emisi gas metana yang dipancarkan dari 6 kolam IPAL pada PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan. Pada setiap kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah dipasang sungkup sebagai tempat penangkapan gas metana CH4, kemudian sampel gas diambil dengan selang dari alat Biogas 5000. Pengambilan sampel gas metana dilakukan siang hari pada pukul WIB, dan pada tiap waktu pengambilan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Teknik observasi yang dilakukan yaitu melakukan pengamatan langsung dilapangan atau lokasi penelitian untuk melihat kondisi dan kesesuaian lokasi yang menjadi titik sampling penelitian. Dalam observasi juga dilakukan dokumentasi dalam bentuk foto, dan informasi terkait lainnya mengenai lokasi dan objek penelitian. Sampel diambil dari 6 kolam limbah pengolahan pabrik kelapa sawit milik PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan. Dalam penelitian ini penulis menghitung pengulangan pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono 2006. Rumus Slovin untuk menentukan pengulangan pengambilan sampel digunakan persamaan Keterangan n Jumlah pengulangan N Ukuran Sampel e Persentasi kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir, e = 0,1-0,2 10-20% dengan ketentuan sebagai berikut Nilai e = 0,1 10% untuk populasi dalam jumlah besar Nilai e = 0,2 20% untuk populasi dalam jumlah kecil Oleh karena jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 kolam IPAL, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 20% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian penelitian. Berdasarkan perhitungan persamaan maka pengulangan pengambilan sampel pada penelitian ini adalah , disesuaikan oleh peneliti menjadi 4 pengulangan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada siang hari pada pukul WIB– WIB dengan cara menangkap gas metana CH4, Sampel gas diambil dengan menggunakan alat biogas 5000 gas analyzeryang secara otomatis mengukur parameter COD, pH, dan konsentrasi CH4. © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 92 Parameter yang diukur Parameter sampel air limbah yang diukur adalah Biochemical Oxygen Demand BOD, Chemical Oxygen Demand COD, pH dan suhu pada setiap kolam yang mempengaruhi pembentukan gas metana dan karbondioksida. Analisis gas metana ditentukan dengan 1 dengan satu cara yaitu secara teoritis menggunakan persamaan dan menggunakan alat Biogas Gas Analyzer. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian pada Biodigester dikarenakan perusahaan tidak memberikan izin, namun perusahaan memberikan data pengolahan limbah cair pada Biodigester yang telah dihitung oleh sistem pada PT. Inti Indo Sawit Subur Kabupaten Pelalawan. Tahapan Analisis Sampel COD SNI 1. Siapkan sampel dengan pH kecil dari 2 asam, encerkan jika sampel pekat. 2. Pipet sampel sebanyak 2,5 ml kedalam tabung KOK Kebutugan Oksigen Kimiawi 3. Tambahkan larutan dikromat sebanyak 1,5 ml kedalam sampel di tabung KOK 4. Tambahkan larutan pereaksi H2SO4 sebanyak 3,5 ml kedalam tabung KOK, tutup kemudian homogenkan. 5. Setelah homogen, Panaskan tabung KOK berisi sampel dengan menggunakan alat COD reaktor dengan suhu 150oC selam 2 jam 6. Dinginkan, kemudian titrasi dengan larutan FAS Fero Amonium Sulfat 0,05 M ditambah indikator Feroin sebanyak 2 tetes, sampai terjadi perubahan warna dari hijau – biru menjadi coklat – kemerahan 7. Catat volume FAS yang terpakai Tahapan Analisis Sampel COD SNI 1. Siapkan sampel dengan pH kecil dari 2 asam, encerkan jika sampel pekat. 2. Pipet sampel sebanyak 2,5 ml kedalam tabung KOK Kebutugan Oksigen Kimiawi 3. Tambahkan larutan dikromat sebanyak 1,5 ml kedalam sampel di tabung KOK 4. Tambahkan larutan pereaksi H2SO4 sebanyak 3,5 ml kedalam tabung KOK, tutup kemudian homogenkan. 5. Setelah homogen, Panaskan tabung KOK berisi sampel dengan menggunakan alat COD reaktor dengan suhu 150oC selam 2 jam 6. Dinginkan, kemudian titrasi dengan larutan FAS Fero Amonium Sulfat 0,05 M ditambah indikator Feroin sebanyak 2 tetes, sampai terjadi perubahan warna dari hijau – biru menjadi coklat – kemerahan 7. Catat volume FAS yang terpakai Tahapan Analisis Sampel pH SNI 1. Lakukan Kalibrasi alat pH sebelum menganalisa sampel dengan menggunakan larutan standar penyangga pH 2. Untuk sampel yang bersuhu tinggi, sesuaikan hingga sampai suhu kamar 3. Keringkan dan bilas elektroda alat pH meter dengan air suling 4. Bilas elektroda dengan sampel yang ingin di analisa 5. Celupkan elektroda kedalam sampel, sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap konstan © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 93 6. Catat hasil pembacaan pada tampilan alat pH meter Tahapan Analis Data Analisis COD Analisis COD dilakukan untuk mengetahui nilai COD removal COD terurai. Perhitungan nilai COD removal tersebut dilakukan berdasarkan perhitungan laju air limbah cair harian dengan rumus Sumber Buku Panduan Konversi POME Menjadi Biogas, Ade, et al. 2015 Keterangan = kapasistas TBS yang diproses dalam 1 jam N = rasio volume POME m3 per Ton TBS dihitung Menggunakan flow meter Pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur memiliki kapasitas 60 Ton TBS per jam dan beroperasi untuk jam per tahun dan 330 hari per tahun. Berdasarkan catatan flow meter, dihitung bahwa rasio volume POME m3 untuk setiap ton TBS adalah 0,8. Dari data di atas berdasarkan persamaan maka di dapati Aliran limbah cair harian sebagai berikut = 705,6 Ton Nilai COD removal CODr ditentukan dengan cara berikut Keterangan CODr removal Nilai COD terurai Kg/H CODin Nilai COD inlet mg/L CODout Nilai COD outlet mg/L Aliran Limbah Cair Jumlah AiLimbah m3/hari Persentase COD removal ditentukan dengan cara berikut Sumber Tchobanoglous et al., 2003 Perhitungan Potensi Emisi Gas Metana CH4 Perhitungan potensi gas metana CH4 dilakukan untuk mengetahui berapa besar potensi gas metana CH4 pada masing-masing kolam IPAL. Dari perhitungan potensi emisi gas metana CH4 tersebut akan diketahui berapa besar reduksi gas metana CH4 pada © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 94 pengolahan limbah cair pada PKS PT. Inti Indosawit Subur Kabupaten Pelalawan. Adapun rumus untuk menghitung potensi gas metana CH4 adalah sebagai berikut Sumber Tchobanoglous et al. 2003 Keterangan CH4 Jumlah Potensi Gas Metana Nm3/hari CODr COD removal kg/hari Berat CH4 mol CH4** x berat molekul CH4 * 1 kg CODr Nm3 CH4 ** 1 mol CH4 setara dengan 22,4 L Untuk menghitung persentase potensi metana digunakan rumus berikut …....….. Sumber Tchbanoglus et al. 2003 Keterangan CH4 % Persentase Potensi CH4 CH4 Potensi Gas Metana Nm3/Hari CODin nilai COD inlet HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan sampel air limbah dilakukan selama 4 hari yakni dari tanggal 19 September 2019 sampai dengan 22 September 2019. Pengambilan sampel dilakukan pada kolam 1 hingga kolam 5 IPAL PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan. Metode pengukuran CODremoval, dan Potensi Gas Metana CH4 dilakukan secara sistematis. Adapun proses perhitungan lengkapnya akan penulis sajikan pada bagian lampiran penelitian ini. Pada PKS PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan air limbah yang keluar melalui outlet PKS, dialirkan menuju Kolam 1 Cooling Pond. Pada kolam 1 ini aliran limbah cair terbagi 2, satu jalur mengalirkan limbah cair ke Biodigester kemudian dikeluarkan lagi pada jalur limbah cair yang menuju ke kolam 2, kemudian satu jalur lagi mengalirkan limbah cair ke kolam 2 Acidification Pond 1 atau kolam pengasaman I. Limbah cair kemudian dialirkan ke kolam 3 Acidification Pond II kolam pengasaman II. Dari kolam 3 limbah cair di alirkan lagi ke kolam 4 Primary Anaerobic Pond I atau kolam anaerobik I, dari kolam 4 ini limbah kembali di alirkan oleh pompa sirkulasi ke kolam 3 untuk diproses kembali. Hal ini menyebabkan penumpukan sludge atau lumpur pada kolam 3 sehingga menyebabkan pendangkalan kolam 3. Setelah proses pada kolam 3 limbah cair di alirkan ke kolam 4 kemudian di teruskan ke kolam 5. Pada kolam 5, proses limbah cair kembali di alirkan oleh pompa sirkulasi ke kolam 2 yang juga menyebabkan pendangkalan pada kolam 2 Air limbah cair dari kolam 1 masuk biodigester kemudian ke kolam 2, yang mana limbah cair pada outlet Biodigester masih membawa banyak lumpur dan sekam dari proses pengolahan limbah cair kelapa sawit. Untuk situasi lapangan pada tiap kolam serta skema aliran sirkulasi © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 95 limbah cair pada PT. Inti Indo Sawit Subur Kabupaten Pelalawan dapat dilihat pada bagian Lampiran penelitian ini. Parameter COD, CODremoval, dan Potensi Gas Metana CH4 Kolam IPAL PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan Pabrik Kelapa Sawit PKS PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan ini berkapasitas 60 Ton TBS/Jam dan Limbah Cair Harian sebanyak 705,6 Ton m3 Pome/hari. Pabrik ini beroperasi 14,7 jam/hari, dalam 1 tahun beroperasi selama 330 hari/tahun atau jam/tahun. Jika dihitung maka total Limbah Cair PKS PT. Inti Indosawit Subur selama satu tahun adalah Ton m3 Pome/tahun. Tabel 1. menunjukkan parameter COD, BOD, Suhu dan pH yang diambil pada waktu pengambilan sampel selama 4 hari. Sedangkan Tabel 2 Menunjukkan persentase gas metana CH4 yang diukur di lapangan menggunakan alat Biogas 5000 gas analyzer. Dan Tabel 3. Hasil Perhitungan CODremoval, potensi gas metana CH4 dan persentase gas metana CH4 secara teoritis. Tabel 1. Parameter COD, BOD, Suhu dan pH Tabel 2. Persenatase Gas Metana CH4 © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 96 Tabel 3. Hasil Perhitungan CODremoval, Potensi Gas Metana CH4 dan Perentase Gas Metana CH4 Secara Teoritis Hasil Analisis BOD Air limbah pada PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan digunakan untuk Land Application harus sesuai dengan aturan KEPMENLH/28/2003, tidak lebih dari mg/L. Dengan nilai BOD ini, limbah cair dianggap masih mempunyai nutrisi yang cukup sebagai pupuk cair. Nilai BOD limbah cair PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan pada pengambilan sampel tanggal 19 September-22 September dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai BOD Kolam IPAL PT. Inti Indo Sawit Subur Pelalawan © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 97 Dari hasil pengambilan sampel di lapangan nilai BOD outlet IPAL untuk Land Application dari kolam limbah cair milik PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan tidak lebih dari 850 mg/L. Batas tertinggi nilai BOD untuk Land Application menurut aturan KEPMENLH/28/2003, tidak lebih dari mg/L. Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena memiliki kandungan BOD Biochemical Oxygen Demand yang sangat tinggi jika melebihi batas Land Application yakni diatas mg/L. Tanpa proses degradasi limbah cair ini berpotensi mencemari lingkungan dan meninggalkan bau. Untuk itu sebelum dialirkan ke lingkungan sekitar, kadar BOD limbah cair tersebut harus diturunkan sesuai dengan baku mutu. Hasil Analisis COD dan Potensi Gas Metana pada Biodigester Berdasarkan data dari pabrik kelapa sawit PT. Inti Indo Sawit Subur, kandungan COD dan potensi gas metana pada Biodigester telah dihitung oleh perusahaan menggunakan sistem yang otomatis mengambil data pada Biodigester. Nilai COD loading pada Biodigester rata-rata perhari pada bulan September pada saat pengambilan sampel adalah Kg/Hari. Potensi emisi metana yang ditangkap pada Biodigester adalah sebesar Nm3/Hari. Persentase potensi emisi metana pada Biodigester rata-rata perhari adalah 31,5 %. Hasil Analisis COD dan Potensi Gas Metana pada Kolam Pada Tabel 1 dapat dilihat Potensi gas metana yang dihasilkan oleh limbah cair kelapa sawit pada tiap kolam pengolahan limbah cair pada PT. Inti Indo Sawit Subur Kab. Pelalawan pada hari pertama potensi gas metana paling tinggi terdapat pada kolam 3 yaitu 6,4 Nm3/Hari pada yang dihitung secara teoritis dengan persentase emisi gas metana sebesar 0,011%. Namun jika diukur menggunakan alat, persentase potensi gas metana pada kolam 3 COD mg/L adalah sebesar 0% pada suhu 35 ͦC dan pH 8,38. Pada hari kedua pengambilan sampel, potensi Gas Metana CH4 tertinggi terdapat pada kolam 3 dengan potensi gas metana 6,95 Nm3/Hari yang terhitung secara teoritis pada COD mg/L dengan persentase gas metana 0,011%, dan 0% terukur menggunakan alat pada suhu 35 ͦC dan pH 8,45. Pada hari ketiga, potensi emisi gas metana pada kolam 3 pada COD mg/L yaitu 6,41 Nm3/Hari dengan persetase 0,010% yang dihitung secara teoritis, dan 0% terukur menggunakan alat pada suhu 35 ͦC dan pH 8,41. Pada hari keempat persentase emisi gas metana yang terhitung secara teoritis yaitu 0,011% dengan dan persentase yang terukur menggunakan alat sebesar 0% pada suhu 35 ͦC dan pH 8,44. Persentase potensi gas metana yang tinggi selama 4 hari penelitian terdapat pada kolam 5, hal ini dikarenakan volume kolam 5 yang mencapai m3 dan nilai COD pada kolam 5 sudah sangat kecil karena proses degradasi organik. Hasil pengukuran Potensi Gas Metana selama 4 hari berturut-turut diketahui potensi emisi gas metana tertinggi rata-rata terjadi pada kolam 3 dengan emisi tertinggi terjadi pada pengambilan sampel hari ketiga Tabel 2 sebesar 6,95 m3/Hari, dengan persentase rata-rata gas metana terukur dilapangan per COD removal adalah 0% dikarenakan ketidakmampuan alat untuk mengukur 3 angka dibelakang koma. Degradasi Bahan Organik dan Reduksi COD Degradasi bahan organik merupakan penurunan jumlah bahan-bahan organik yang ada di dalam limbah cair yang dilihat berdasarkan jumlah nilai COD pada saat sebelum © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 98 020000400006000080000100000Kolam 1 Kolam 2 Kolam 3 Kolam 4 Kolam 5Hari 1Hari 2Hari 3Hari 4diolah dan sesudah diolah. Tabel menunjukkan perbedaan nilai COD pada setiap kolam. Penurunan nilai COD yang tinggi terjadi di kolam 4 dan 5 dengan persentase 56,68-75,74%. Grafik penurunan nilai COD selama 4 hari penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Tingginya perbedaan rasio reduksi COD dari inlet dan outlet kolam IPAL PT. Inti Indo Sawit Subur Pelalawan, kemungkinan terjadi karena perbedaan volume kolam 4 dan 5 di PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan yakni m3 pada kolam 4 dan m3 pada kolam 5. Sedangkan pada kolam 1, 2 dan 3 volume kolam lebih kecil, dimana kolam volume kolam 1 m3, kolam 2 dengan volume m3 dan kolam 3 dengan volume m3. Secara disain kedalaman setiap kolam adalah 5 m, tetapi pada saat pengambilan sampel menumpuknya sludge atau limbah lumpur padat di kolam 1, 2, 3, 4, dan 5 tidak dikeluarkan secara periodik, maka kedalaman menjadi lebih dangkal. Pendangkalan ini menyebabkan terjadinya waktu tinggal air limbah menjadi lebih pendek, sehingga mengurangi waktu dekomposisi zat organik. Tingginya nilai COD pada pengukuran dalam studi ini didukung dengan nilai pH pada inlet kolam anaerobik yang berada di atas pH = 7 dimana dalam kondisi pH ini proses bakteri metanogenik menghasilkan gas metana secara aktif. Selain itu tingginya nilai COD pada kolam 2 dan kolam 3 karena siklus aliran limbah cair pada pengolahan limbah cair milik PT. Inti Indosawit Subur setelah memasuki kolam 4, berputar kembali ke kolam 3 dan limbah cair pada kolam 5 akan kembali di pompakan ke dalam kolam 2 dan diteruskan ke kolam 3 dan 4. Sirkulasi air limbah dari kolam anaerobik ke kolam Pengasaman dilakukan dengan tujuan menurunkan suhu kolam agar sesuai untuk suhu lingkungan bakteri pembusuk, dan untuk menambah kuantitas bakteri dari kolam anaerobik. Umumnya untuk sirkulasi air limbah digunakan 2 unit pompa kapasitas 3 – 40 m3/jam. Nilai COD Mg/L Gambar 1. Grafik COD selama 4 Hari Pengambilan Sampel Potensi Emisi Gas Metana CH4 pada Kolam dan Biodigester Metana adalah gas hidrokarbon yang sebagian besar berasal dari alam yang dihasilkan oleh dekomposisi anaerobik bahan organik. Tabel 3 menjelaskan nilai potensi emisi gas metana pada setiap kolam. Dari tabel tersebut diketahui emisi gas metana tertinggi terjadi pada kolam 3 pada waktu siang hari dengan nilai 6,4 Nm3/Hari pada hari pertama, 6,95 Nm3/Hari pada hari kedua, 6,41 Nm3/Hari pada hari ketiga dan 6,67 Nm3/Hari pada hari keempat. Adapun grafik potensi gas metana pada tiap kolam selama 4 hari penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 99 Potensi emisi gas metana yang terhitung pada tiap kolam merupakan potensi emisi gas metana yang terlepas pada tiap kolam, dimana potensi yang terlepas ini belum dimanfaatkan oleh PT. Inti Indo Sawit Subur Kab. Pelalawan. Potensi emisi gas metana yang ditangkap oleh PT. Inti Indo Sawit Subur Pelalawan terjadi pada biodigester dimana gas metana akan ditangkap dan ditampung pada tangki biogas yang nantinya akan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga biogas. Potensi emisi pada biodigester telah dihitung oleh perusahaan. Potensi emisi metana yang ditangkap pada Biodigester adalah sebesar Nm3/Hari dengan persentase potensi emisi metana pada Biodigester rata-rata perhari adalah %. Kondisi kolam 3 dengan suhu air limbah 35 ͦ C dan pH 8,4 selama 4 hari pengambilan sampel merupakan kondisi yang kondusif dalam proses degradasi bahan organik. Menurut Megawati dan Aji, 2015 Bakteri pembentuk biogas seperti Methanobcaterium, Methanocoocus dan Methanosarcina akan menghasilkan biogas pada suhu optimum 35 ͦ C dan pH 8,4. Nilai emisi gas metana tertinggi selama 4 hari penelitian adalah 6,95 Nm3/Hari pada hari kedua yang diambil siang hari dengan suhu 35 ͦ C. Konsentrasi gas metana dapat meningkat seiring peningkatan suhu pada musim panas, pada saat pengambilan sampel kondisi di lapangan saat itu sedang kabut asap dan musim panas. Kondisi ini juga kemungkinan mengakibatkan kenaikan suhu pada tiap kolam. Menurut Linarsih dan Sarto 2018 penurunan suhu cairan pada kolam akan menurunkan pH air limbah namun konsentrasi asam organik dalam cairan kolam justru sebaliknya meningkat. Nilai asam organik akan menurun apabila suhu cairan meningkat. Apabila suhu cairan kolam meningkat maka aktivitas bakteri metanogenik meningkat. Gambar 2. Potensi Gas Metana Dampak Sosial dan Ekonomi Pengolahan pabrik kelapa sawit menghasilkan produk sampingan berupa limbah cair atau Palm Mill Effluent POME yang berasal dari hasil ekstraksi minyak, pencucian dan pembersihan di pabrik. Apabila POME ini dibuang langsung ke lingkungan tanpa melalui pengelolaan dahulu akan menimbulkan dampak kerusakan lingkungan, disebabkan POME pabrik kelapa sawit yang masih baru dihasilkan umumnya panas suhu 600-800C, bersifat asam pH 3,3-4,6,kental berwarna kecoklatan dan mengadung 012345678Kolam 1 Kolam 2 Kolam 3 Kolam 4 Kolam 5Hari 1Hari 2Hari 3Hari 4Potensi Gas Metana m3/hari © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 100 padatan, minyak dan lemak, chemical oxygen demand COD, dan biological oxygen demand BOD yang tinggi. Dari hasil wawancara terhadap karyawan dan Staf perusahaan diperoleh informasi bahwa hasil pemanfaatan POME dalam penangkapan gas metana untuk dijadikan menjadi biogas dapat menurunkan konsumsi bahan bakar fosil berupa solar untuk pembangkit energi untuk kebutuhan listrik pabrik, mess dan perumahan karyawan, namun untuk memberikan aliran listrik ke masyarakat sekitar yang belum terlayani oleh perusahaan listrik negara PLN yang tinggal di sekitar area pabrik kelapa sawit belum dapat dilaksanakan dikarenakan masih terkendala kontrak kerja sama dengan perusahaan listrik negara PLN yang dimana mempunyai wewenang dalam penyaluran listrik. Pengelolaan POME melalui biodigester dan kolam pengolahan limbah juga menghasilkan lumpur endapan yang yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pupuk organik ini dimanfaatkan oleh petani kelapa sawit di sekitar area pabrik kelapa sawit dan kebun perusahan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar lokasi pabrik kelapa sawit atau corporate sosial responsibility CSR. Berdasarkan penelitian Tobing 2002 pemanfaatan limbah cair sebagai land aplikasi berdasarkan KEPMENLH/28/2003, dengan melakukan pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk organik maka akan menghemat pupuk nitrogen, phospatm kalium dan magnesium. Limbah cair kelapa sawit yang diaplikasikan dengan BOD antara ppm mengandung N 500-675 ppm, P 90-110 ppm, K ppm, Mg 250-320 ppm. Penelitian oleh Maryadi 2006 pada kebun sawit Sei Manding, Riau, penggunaan limbah cair dan peningkatan produksi di Kebuh Sei Manding dapat memberi keuntungan finansial kepada perusahaan sebesar Rp per hektar per bulan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa potensi gas metana CH4 yang dihasilkan setiap kolam berbeda-beda pada setiap waktu pengambilan. Potensi CH4 terkecil terdapat pada kolam 1 yaitu 0,7 m3/Hari pada hari kedua pengambilan sampel. Sedangkan potensi CH4 tertinggi terdapat pada kolam 3 sampel diambil pada hari ke 3 yaitu 6,95 m3/Hari. Penurunan nilai COD dengan nilai tertinggi terdapat pada kolam 2 penelitian hari kedua dengan nilai penurunan COD sebesar 75,74 % dan potensi gas metana tertinggi rata-rata terjadi pada kolam 3 dengan potensi emisi tertinggi terjadi pada penelitian hari ketiga sebesar 6,95 m3/Hari. Dapat disimpulkan bahwa potensi gas metana pada kolam limbah cair berkaitan erat dengan selisih COD Chemical Oxygen Demand yang berkurang di inlet dan outlet kolam anaerobik. Reduksi gas metana CH4 pada proses pengolahan limbah cair pada pabrik kelapa sawit milik PT. Inti Indo Sawit Subur selama empat hari pengambilan sampel terjadi secara signifikan dari proses kolam 1 hingga ke kolam 5. Walaupun terjadi pendangkalan kolam akibat siklus perputaran air limbah yang bolak balik. Namun sistem dapat mereduksi gas metan dengan baik, meskipun pada proses Biodigester potensi emisi gas metana yang dimanfaatkan masih terbilang kecil. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja sistem pengolahan limbah © 2021 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau 101 cair milik PT. Inti Indosawit Subur Pelalawan sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa potensi emisi metana pada PT. Inti Indosawit Subur perhari yang sangat kecil yakni 0% setelah diteliti menggunakan alat Biogas 5000. Karena kemampuan alat yang tidak dapat membaca nilai dibawah 0 Nol maka dilakukan perhitungan secara teoritis untuk mengetahui perbandingan potensi emisi gas metana pada masing-masing kolam limbah cair milik PT. Inti Indosawit Subur yang diteliti menggunakan alat. Didapati dari hasil perhitungan teoritis potensi emisi gas metana CH4 pada tiap kolam tidak lebih besar dari 0,01% atau sama sekali tidak terdapat emisi gas metana CH4. DAFTAR PUSTAKA Ade, Karsiwulan, D. 2015. Konversi POME Menjadi Biogas Edisi Terjemahan. Winrock International. Jakarta. Cahyanto, R, 2015. Kogenerasi Energi Terbarukan dari Biomassa Pemanfaatan sampah kota sebagai produksi listrik metode gasifikasi, dalam Jurnal Mater Renew Sustain Energy-SpringerLink. Vol. 4, No. 4. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017. Statistik Perkebunan Indonesia, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementrian Lingkungan Hidup. 2007. Status Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta Kementrian Lingkungan Hidup. Linarsih, Sarto. 2018. Emisi Gas Metana dan Karbon Dioksida Pada Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit, dalam Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Volume 34. Nomor 3. Tahun 2018. Megawati, Kendali, AW. 2015. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Universitas Negeri Semarang UNS, Semarang. Noor, 2014. Proyek Pengembangan Energi Terbarukan Dari Limbah Cair Kelapa Sawit Lcpks. PT. Sinarmas Tbk, Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian. Bandung Alfabeta, Bandung. Tchobanoglous, G. Burton, F. L. & Stensel, H. D. 2003. Waste Water Engineering Treatment and Reuse. Metcalf & Eddy Inc., New York. Tobing. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Desain Aplikasi Dan Dampaknya Terhadap Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Laporan Intem. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Energi Terbarukan dari Biomassa Pemanfaatan sampah kota sebagai produksi listrik metode gasifikasi, dalamR CahyantoCahyanto, R, 2015. Kogenerasi Energi Terbarukan dari Biomassa Pemanfaatan sampah kota sebagai produksi listrik metode gasifikasi, dalam Jurnal Mater Renew Sustain Energy-SpringerLink. Vol. 4, No. Perkebunan Indonesia, Sekretariat Direktorat Jenderal PerkebunanDirektorat Jenderal PerkebunanDirektorat Jenderal Perkebunan, 2017. Statistik Perkebunan Indonesia, Sekretariat Direktorat Jenderal Gas Metana dan Karbon Dioksida Pada Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit, dalam Jurnal Berita Kedokteran MasyarakatSarto LinarsihLinarsih, Sarto. 2018. Emisi Gas Metana dan Karbon Dioksida Pada Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit, dalam Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Volume 34. Nomor 3. Tahun Pengembangan Energi Terbarukan Dari Limbah Cair Kelapa Sawit Lcpks. PT. Sinarmas TbkR T NoorNoor, 2014. Proyek Pengembangan Energi Terbarukan Dari Limbah Cair Kelapa Sawit Lcpks. PT. Sinarmas Tbk, Penelitian. Bandung AlfabetaSugiyonoSugiyono. 2006. Metode Penelitian. Bandung Alfabeta, Bandung.
Limbahcair pabrik kelapa sawit terdiri atas padatan terlarut dan tersuspensi, berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan Biochemical Oxygen Demand Limbah cair pabrik kelapa sawit pada kolam anaerobik sekunder dengan kandungan BOD 3.500 - 5.000 mg/L mengandung unsur hara P 675 mg/L, N 90 - 110 mg/L, K 1.000 - Water waste in Palm Oil Mill POM is not effectively utilized yet. Before waste water discharge from POM, the waste water is processed by an aerobic treatment in several ponds to decrease the influence of organic matter. Methane gas generated in the anaerobic ponds is a Green Gas House giving a contribution to global warming impact. In Palm Oil Mill of Sei Silau located in North Sumatera, the potential generated methane gas in two anaerobic ponds has been investigated using measurement of Chemical Oxygen Demand COD of waste water in the sites. Based on the potential generated methane gas, the reduction of GHG emission is calculated, and the feasibility of the project as CDM project was Pabrik Kelapa Sawit, gas metana, gas rumah kaca, proyek CDM CleanDevelopment Mechanism,, COD Chemical Oxygen Demand Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 459Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474AbstractWater waste in Palm Oil Mill POM is not effectively utilized yet. Before waste water discharge from POM, the waste water is processed by an aerobic treatment in several ponds to decrease the influence of organic matter. Methane gas generated in the anaerobic ponds is a Green Gas House giving a contribution to global warming impact. In Palm Oil Mill of Sei Silau located in North Sumatera, the potential generated methane gas in two anaerobic ponds has been investigated using measurement of Chemical Oxygen Demand COD of waste water in the sites. Based on the potential generated methane gas, the reduction of GHG emission is calculated, and the feasibility of the project as CDM project was evaluated. Keywords Pabrik Kelapa Sawit, gas metana, gas rumah kaca, proyek CDM Clean Development Mechanism,, COD Chemical Oxygen DemandPEMANFAATAN POTENSI GAS METANA DI PABRIK KELAPA SAWIT SEI SILAU, PTPN3, SUMATERA UTARAIrhan Febijanto** Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, Deputi Teknologi Informatika, Energi dan Mineral- BPPT1. PENDAHULUANIndustri kelapa sawit di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Limbah dari proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit menghasilkan dua macam limbah, limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan serabut kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar di pabrik kelapa sawit semenjak pabrik didirikan untuk menghasilkan listrik dan uap air yang digunakan untuk proses di pabrik. Limbah cair sampai saat ini tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan lain selain untuk land aplication di limbah hasil pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit PKS pada umumnya diolah melalui cara pond treatment, yang menyediakan beberapa pond, dimana limbah mengalami degradasi dalam kurun waktu tertentu di tiap-tiap pond. Umumnya pond terdiri dari cooling pond, anaerobik pond, aerobik pond dan facultative kolam anaerobik, degradasi komponen organik pada air limbah diikuti dengan produksi gas metana. Timbulnya gas metana ini terjadi karena kondisi lingkungan pada kolam mendukung bakteri penghasil gas metana bekerja secara studi ini, dilakukan kajian pemanfaatan gas metana yang timbul dari kolam anaerobik di PKS milik PT Perkebunan Nusantara PTPN 3. Studi ini dilaksanakan untuk menjawab krisis energi dengan memanfaatkan limbah dan penanggulangan efek pemanasan global yang disebabkan oleh Gas Rumah Kaca GRK seperti gas metana. J. Tek. Ling Hal. 459 - 474 Jakarta, September 2010 ISSN 1441-318X PT Perkebunan Nusantara 3 PT Perkebunan Nusantara 3 merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara BUMN Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit CPO dan Inti Sawit Kernel dan produk hilir karetGambar 1 Lokasi PKSPTPN 3 berasal dari perkebunan milik Belanda yang pada 1958 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1974 bentuk perusahaan berubah status menjadi PT Perkebunan Persero. Pada tahun 1994, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dilakukan penggabungan antara 3 tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III Persero, PT Perkebunan IV Persero, PT Perkebunan V Persero disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III Persero. Selanjutnya pada tahun 1996 ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III Persero dengan kantor pusat di Medan, Sumatera 3 ini memiliki 10 pabrik kelapa sawit PKS yang berlokasi memanjang ke arah selatan dari Medan ke arah propinsi Riau, seperti ditunjukkan di gambar 1. Nama ke 10 PKS tersebut ditunjukkan di tabel di bawah, dimana dari 10 tersebut 6 PKS berkapasitas 60 ton/jam, sisanya berkapasitas 30 ton/jam. Tabel 1 Pabrik Kelapa Sawit PTPN 3No Nama PKS Lokasi t /jam1 Rambutan Sei Rampah, Deli Serdang 302 Aek Torop Kota Pinang, Labuhan Batu 603Aek NabaraBilah Hilir, Labuhan Batu 604 Sisumut Kota Pinang, Labuhan Batu 305 Aek Raso Kota Pinang, Labuhan Batu 306 Sei Daun Kota Pinang, Labuhan Batu 607 Torganda Kota Pinang, Labuhan Batu 608 Sei Silau Buntu Pane, Asahan 609 Sei Meranti Labuhan Batu 6010 Sei Bruhur Labuhan Batu Waktu dan Lokasi PenelitianGambar 1 menunjukkan lokasi ke sel uru han pabrik kelapa sawit dan perkebunan milik PTPN 3. Area lokasi terletak bagian Timur propinsi Sumatera Utara, memanjang dari bagian utara kota Medan, memanjang ke arah Selatan sampai perbatasan propinsi Sumatera Utara dan Riau. kota Medan sebelah timur propinsi Sumatera Utara ke arah selatan sampai propinsi 10 PKS milik PTPN 3, dalam studi ini dipilih PKS berkapasitas 60 t/jam dengan operasional konstan. Diantara PKS tersebut Febijanto I, 2010 461PKS Sei Silau memiliki jumlah pengolahan TBS terbesar diantara PKS lain berkapasitas 60t/jam. Kondisi Kolam Limbah di PKS pada umumnyaGambar 2 menunjukkan kondisi umum kolam limbah di PKS Sei Silau. Nampak di gambar sebelah kanan adalah kondisi kolam pada pagi hari, dimana minyak kotor miko pada kolam anaerobik menggumpal, di sebelah kanan adalah kondisi limbah pada siang hari. Kolam limbah ini mempunyai luas rata rata 50m2 lebih dan kedalaman lebih dari 2 m. Pendangkalan kolam terjadi dengan cepat, karena padatan dialirkan ke kolam bersamaan dengan air limbah. Pembersihan lumpur/sekam tidak secara periodik dilakukan oleh PKS, hal ini mempercepat pendangkalan kolam. Pada saat dilakukan pembersihan karena kendala biaya, biasanya sekam hanya ditumpuk begitu saja di pinggir kasat mata, dari permukaan kolam pengolahan limbah nampak gelembung-gelembung yang timbul diakibatkan adanya gas metana. Gas metana ini bisa terbakar jika terkumpul dalam jumlah yang banyak di atas PKS Sei Silau, air limbah dipakai untuk pupuk di kebun dengan mengalirkan melalui pipa air limbah ke kebun sejauh 3 km. Konsentrasi BOD dijaga agar tidak lebih rendah dari 5000 mg/l. Sebagian air dari kolam terakhir dikembalikan lagi ke kolam anaerobik 1 dan 2 secara bersamaan melalui pipa pararel. Air disirkulasikan dengan 2 unit pompa berkapasitas 30 m3/ Limbah Cair Limbah cair dari pabrik kelapa sawit disebut juga POME, Palm Oil Mill Effluent. Limbah air ini berasal dari air kondensasi proses sterilisasi sekitar 15-20%, air proses klarifikasi & sentrifugasi sekitar 40-50%, dan air dari claybat/hydroclone sekitar 9-11% 1. Limbah cair yang dihasilkan dari pabrik pengolahan minyak kelapa sawit PKS dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena memiliki kandungan BOD Biochemical Oxygen Demand dan COD Chemical Oxygen Demand yang sangat tinggi. Tanpa proses degradasi limbah cair ini berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan bau. Untuk itu sebelum dialirkan ke lingkungan sekitar, kadar BOD dan COD limbah cair tersebut harus diturunkan sesuai dengan baku 2 Minyak yang mengental seb. kiri dan kondisi kolam limbah pada umumnya seb kananAir limbah digunakan untuk Land Aplication maka sesuai dengan aturan KEPMENLH/28/20032, tidak lebih dari mg/ltr. Dengan nilai BOD ini, limbah cair dianggap masih mempunyai nutrisi yang cukup sebagai pupuk cair. Air limbah yang dibuang ke sungai, sesuai KEPMENLH/28/2003, nilai BOD harus dibawah 150 mg/ltr2. Penurunan suhu air limbah dilakukan dengan menggunakan cooling pond/cooling tower, setelah itu air limbah dialirkan ke kolam anaerobik. Sirkulasi air dari kolam aerobik ke kolam anaerobik dilakukan dengan tujuan menurunkan suhu kolam, agar sesuai untuk suhu lingkungan bakteri pembusuk, dan untuk menambah kuantitas bakteri dari kolam anaerobik. Umumnya untuk sirkulasi air limbah digunakan 2 unit pompa dengan kapasitas 30-40 m3/ Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 462Pada PKS Sei Silau, air limbah setelah melalui outlet PKS, dialirkan ke deoiling tank, lalu ke cooling pond. Pada cooling pond ini, dilakukan pengambilan minyak dengan drum penjilat. Minyak yang diambil dikembalikan lagi ke pabrik untuk diolah menjadi CPO Crude Palm Oil. Setelah itu air limbah dialirkan ke kedua kolam anaerobik secara pararel, dan setelah melalui kolam aerobik, air limbah digunakan untuk Land Aplication, dengan mengalirkan dengan pipa sejauh 3 km ke perkebunan. Sirkulasi air dari kolam aerobik ke anaerobik menggunakan 2 unit pompa dengan kapasitas 30 m3/jam. Luasan area kolam adalah panjang 67,5m, lebar 40,0m dan kedalaman 5,0 Proses Pembentukan BiogasBiogas adalah campuran gas yang dihasilkan dari proses degradasi zat-zat organik yang terkandung di dalam air limbah hasil proses ektraksi tandan kosong menjadi minyak kelapa sawit. Proses degradasi yang terjadi dalam kondisi anaerobik ini, dapat dibagi menjadi beberapa fase, yaitu hidrolisis, asetogenesis, dan metanogenesis. Pada tahap hidrolisis terjadi dekomposisi bahan biomassa kompleks menjadi glukosa sederhana memakai enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis. Hasil penting tahap pertama ini adalah bahwa biomassa menjadi dapat larut ke dalam air dan mempunyai bentuk kimia lebih sederhan yang lebih sesuai untuk tahap berikutnya. Di langkah kedua terjadi dehidrogenasi pengambilan atom hidrogen dari bahan biomassa yaitu perubahan glukosa jadi asam asetat, karboksilasi pengambilan grup karboksil asam amino, memecah asam lemak ranti panjang jadi asam ranti pendek dan menghasilkan asam asetat sebagai produk akhir. Tahap ketiga adalah pembentukan biogas dari asam asetat lewat fermentasi oleh bakter metanogenik. Salah satu bakteri metanogenik yang banyak didapat di lumpur adalah methanobachillus omelianskii. Metabolisme anaerobik selulosa melibatkan reaksi komplek dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi anaerobik bahan-bahan organik lain seperti karbohidrat, protein dan lemak3.Fase yang penting dalam pembentukan gas metana adalah fase metanogenesis, pada fase ini bakteria acetoclastic methanogenic mengkonversi senyawa alkohol, asetat, hidrogen H2 dan karbodioksida CO2 menjadi mentana CH44. Pada umumnya biogas terdiri atas gas metana CH4 50% sampai 70%, gas karbon dioksida CO2 30% sampai 40%. Hidrogen H2 5% sampai 10 % dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit 5,6.Biogas memiliki berat kurang lebih 20% lebih ringan dibandingkan udara dan bersuhu pembakaran antara 650 sampai 750oC. Biogas tidak berbatu dan berwarna, dan apabila dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan efisiensi pembakaran 60% pada konvensional kompor biogas5. Bakteri MetanogenikBakteri Metanogenik atau metanogen adalah bakteri yang terdapat pada bahan bahan organik dan menghasilkan metan dan gas gas lainnya dalam proses keseluruhan hidupnya pada keadaan anaerobik. Organisme hidup ini mempunyai kecenderungan untuk menyukai kondisi tertentu dan peka pada iklim mikro dalam pencerna. Terdapat banyak spesises dari hemanogen dan variasi sifat-sifatnya. Variasi sifat-sifat biokimia ini menyebabkan produksi biogas juga bervariasi7. Bakteri metanogenik dibandingkan dengan bakteri-bakteri pembentuk asam lainnya berkembang lambat dan sensitif terhadap perubahan mendadak pada kondisi kondisi fisik dan kimiawi. Sebagai contoh, penurunan 2oC secara mendadak pada slurry mungkin secara signifikan berpengaruh pada pertumbuhannya dan laju produksi gas8. Febijanto I, 2010 463Pembentukan gas ini dapat terjadi diantara suhu 4-60oC, dan dalam suhu konstan. Pada suhu optimum bakteri akan menghasilkan enzim lebih penghasil metana/bakteri metanogenik ini juga sensitih terhadap perubahan pH. Perubahan Aktivitas metanogenik ini berubah menjadi aktif pada pH antara 7 - 89, sedangkan pH optimum untuk jenis bakteri ini adalah 6,4-7,4 10. Proses anaerobik pada pengolahan air limbah kelapa sawit untuk menghasilkan gas metana, terdiri daru dua tahap, yaitu tahap pembentukan asam dan tahal pembentukan metana. Dimana pengaturan pH sangat penting pada proses awal. pH pada kondisi awal 7, akan memberikan peningkatan laju produksi biogas lebih baik dibandingkan dengan konsis pH yang lain11 . Pengambilan Sample Air Limbah dan Analisa CODPengambilan sample air limbah untuk analisa COD Chemical Oxygen Demand dilakukan di inlet dan outlet kolam anaerobik. Analisa COD dilakukan untuk memprediksi jumlah gas metana yang dihasilkan dari hasil pemrosesan dekomposisi zat organik pada kolam anaerobik. Korelasi linier dari penurunan COD dengan peningkatan gas metana yang dihasilkan di kolam anaerobik telah ditunjukkan dengan jelas oleh penelitian sebelumnya 12. Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand COD yang digunakan saat ini adalah metoda yang menggunakan oksidator luas, Kaliom bikormat, CaCr2, asam sufat pekat dan perak sulfa sebagai katalis. Sedangkan metodologi pegukurannya terdiri dari seperti di bawah ini 13, yaitu a. SNI - refluks tertutup secara spektrofotometrib. SNI - refluks tertutup secara titimetric. SNI - refluks terbuka secara titrimetrid. SNI refluks terbuka secara spektrofotometriPengukuran COD dari kolam limbah PKS Sei Silau dilaksanakan di laboratorium Suconfindo yang menggunakan cara SNI - refluks terbuka secara Pemanfaatan Sebagai Sumberdaya EnergiPemanfaatan gas metana sebagai energi pada dasarnya belum banyak diimplementasikan. Selain kendala investasi juga kendala teknologi menjadi kendala yang umum. Gas metana yang berasal dari kolam dapat diinjeksikan kedalam biogas engine atau ke dalam boiler sebagai bahan bakar pengganti dari fiber maupun cangkang. Pemanfaatan gas metana dari kolam limbah di PKS belum banyak dilakukan di Indonesia, tetapi sudah banyak diimplementasikan di Malaysia, sebagai proyek CDM 14. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Pemanfaatan gas metana di kolam limbah baik itu sebagai energi atau pun dibakar saja, dapat dimasukkan sebagai usaha untuk mengurangi efek GRK. Pengurangan emisi terjadi ketika gas metana dibakar, dan diubah menjadi karbondioksida, CO2. Gas CO2 termasuk GRK, akan tetapi mempunyai daya rusak 1/21 lebih kecil dari CH4. Sehingga konversi CH4 ke CO2 merupakan pengurangan dampak penangkapan gas metana dari kolam limbah PKS, untuk dimanfaatkan sebagai energi maupun dibakar saja, secara teoritis bukan merupakan hal baru. Hanya karena membutuhkan biaya yang besar, teknologi tersebut tidak banyak Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 464diimplementasikan, karena membutuhkan biaya yang besar, dan dapat menjadi beban bagi perusahaan. Dengan adanya mekanisme CDM yang memberikan insentif terhadap proyek-proyek yang mengurangi emisi Gas Rumah Kaca GRK, aplikasi teknologi ini mulai Mekanisme Clean Development Mechanism CDMMekanisme Clean Development Mechanism CDM adalah suatu mekanisme yang merupakan komitmen dunia international untuk mengurangi Green House Gas GHG, seperti gas CO2, N2O, CH4, dsb. GHG ini merupakan penyebab dari pemanasan global. Melalui mekanisme CDM, negara maju yang tergabung dalam ANNEX I bersama negara-negara berkembang untuk bekerja sama mengurangi emisi gas rumah program CDM bagi negara berkembang antara lain adalah a. Adanya aliran investasi asing, yang dapat membantu kelancaran finansial Keikutsertaan investor asing dalam proyek dapat memperkecil resiko bagi pengembang Ada n y a kemungki n a n transfer teknologi, yang dapat membantu perkembangan teknologi Jika pendanaan melalui pinjaman bank asing, biasanya akan mendapatkan bunga yang rendah dari keuntungan-keuntungan yang ada, keuntungan mendapatkan finansial atau adanya investasi asing merupakan hal yang menarik dari program CDM bagi pengembang lokal. Bagi negara maju, program CDM mer u paka n car a pen guran g an emisi gas rumah kaca yang dapat dilakukan dengan biaya murah dibandingkan dengan pelaksanaan di negaranya CDM sendiri mempunyai pr osedur y ang sudah dit entuk an oleh UNFCCC United Frameworks for Convention Climate Change. Prosedur tersebut harus dilakukan agar suatu proyek dapat diakui secara resmi oleh UNFCCC, selaku badan yang memberikan sertifikat terhadap sebuah proyek CDM. Prosedur tersebut ditunjukkan dalam gambar langkah yang dilakukan dalam proses administrasi CDM, dapat memakan waktu lebih dari satu tahun. Intinya perlu dilakukan klarifikasi terhadap pelaksanaan proyek CDM apakah pengurangan CO2 terjadi dengan pasti, dan klarifikasi methodologi perhitungan bisa dipertanggungjawabkan. Pemanfaatan mekanisme CDM, dapat mengurangi resiko ketidaklayakan secara ekonomis suatu proyek yang memakai energi terbarukan. Pemasukan dari penjualan kredit karbon dapat menjadi pemasukan tambahan selain pemasukan dari penjualan listrik. Rata rata hasil dari penjualan kredit karbon ini dapat menambah nilai IRR sebanyak 1-2% dan dapat meningkatkan gross keuntungan sebesar 10-20%Project Design 1Pre-validationProject Design 2ValidationRegistrationMonitoringVerificationCertificationIssuance of CER EBDOEDOEPPExecutife Board EBDOEPPDesignated Operating Entity DOEProject ParticipantPPl Provision of Draft Project Design Documentl Check of Draft Project Design Documentl Application for Approval by the Countries Concernedl Submission of Approval in Written form to DOEl Completion of Project Design Document PDDl Check of Validation Requirement including PDDl Invitation of Public Commentsl Issuance of Validation Reportl Review of Validation Reportl Registration of CDM Project Activityl Implementation of the Project and Monitoringl Provision of Monitoring Reportl Inspection of Monitoring Process & Resultl Provision of Verification Reportl Making Verification Report Publicly Availablel Provision of Certification Reportl Making Certification Report Publicly Availablel Decision of CER Issuancel Issuance of CER by CDM Registry AdministratorGambar 3 Proses adminstrasi CDMFebijanto I, 2010 4652. Pemilihan LokasiKapasitas produksi PKS Sei Silau relatif tinggi dan stabil dibandingkan PKS lain milik PTPN3, sehingga menjadi pilihan obyek studi. PKS ini terletak di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, berlokasi di koordinat, 2° 54' 7,50" Lintang Selatan dan 99° 30' 30,30" Bujur Rasio Air LimbahRasio air limbah untuk tiap ton Tandan Buah Segar TBS yang diproses berkisar antara 0,55 – 0,65 m3/ton15. Dari perbandingan PKS di Malaysia 5 PKS, di Indonesia 3 PKS dan di Thailand 1 PKS, didapatkan rata-rata perbandingan antara volume limbah cair terhadap 1 ton TBS, yaitu 54,8%16. Berdasarkan pertimbangan konservatif, perbandingan air limbah per satu ton TBS pada studi ini diambil 54,8%. Pengukuran Kualitas AirPengukuran kualitas air digunakan parameter COD. Dari selisih nilai COD air limbah yang sudah diproses dan telah diproses dapat dihitung jumlah gas metana yang dihasilkan dari air limbah. Pengukuran COD ini diakukan di laboratorium Sucofindo, Medan. Pengambilan sample air untuk pengukuran COD dilakukan 10 hari diambil di tiap inlet dan outlet kolam anaerobik. Sample dimasukkan ke dalam botol plastik gambar 4 kemudian dimasukkan ke dalam cooler box untuk dibawa ke 5 menunjukkan sistem aliran air di PKS Sei Silau, dimana dari cooling pond air dialirkan secara pararel, dan dari kolam akhir air disirkulasikan ke kolam anaerobik 1 dan 2. Pengambilan COD dilaksanakan di inlet dan outlet masing-masing kolam anaerobik 1 dan 4 Pengambilan Sample Air Limbah untuk Pengukuran Potensi Produksi Gas MetanaGambar 5 Lay out kolam limbah PKS Sei SilauPotensi produksi gas metana atau Baseline emission dari proyek penangkapan gas metana pada sistem pengolahan limbah air dapat ditunjukkan dengan persamaan Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 466pada Approved Methodology version 13”Methane recovery in waste treatment” 17 1 Perhitungan Gas Metana Perhitungan potensi gas metana ditentukan melalui metodologi UNFCCC. Nilai parameter untuk COD, didapat dari hasil rata-rata nilai COD dari pengukuran selama 10 hari berturut turut. BEy t-CO2-e/yr = {BEpower,y + BEww,treatment,y + BEs,treatment,y + BEww,discharge,y + BEs,nal,y}……….1dimana, BEy emisi baseline pada tahun y t-CO2BEpower,y emisi baseline dari listrik atau kebutuhan bahan bakar pada tahun y t-CO2BEww,treatment,y emisi baseline dari pengolahan limbah cair t-CO2BEs,treatment,y emisi baseline dari pengolahan sludge/lumpur t-CO2BEww,discharge,y emisi baseline dari pembusukan karbon organik dari hasil pengolahan limbah cair yang dibuang ke sungai/ lautt-CO2BEs,nal,y emisi baseline dari pembusukan an organik lumpur t-CO2Pada proyek ini, listrik yang dipakai untuk menjalankan proses pengolahan limbah cair menggunakan bahan bakar biomasa serabut dan cangkang yang diambil dari limbah pembuatan CPO di pabrik, sehingga energi listrik yang dihasilkan tidak menghasilkan emisi, maka BEpower,y = 0. Pengolahan sludge/lumpur pada proyek ini tidak mengalami perubahan dengan adanya proyek ini, dimana lumpur diambil dari kolam an aerobik secara berkala untuk menjaga kualitas air yang dikeluarkan ke areal perkebunan, sehingga dalam proyek ini BEs,treatment,y= proyek ini, limbah air yang keluar dari kolam an aerobic diolah dengan baik di kolam aerobic, maka BEww,discharge,y = 0. Dan karena lumpur digunakan sebagai pupuk/soil application maka BEs,final,y = 0. Dengan kondisi proyek seperti itu, maka persamaan baseline dalam kegiatan proyek ini menjadi, BEy = BEww,treatment,y= Qww,i,y x CODremoved,i,y x MCFww,treatment,BL,i x Bo,ww x UFBL x GWPCH4…………………………….2dimana,Qww,i,y Jumlah limbah air t/m3CODremoved,i,y Nilai COD yang terambil/ Koreksi factor gas metana untuk baseline pengolahan limbah air, kolam an aerobik dalamBo,ww Kapasitas produksi gas metana pada limbah air, kg CH4/kgCOD UFBL Faktor koreksi model untuk perhitungan ketidakpastidak mode, Potensi emisi gas metntana pada sistem pengolahan limbah air yang dilengkapi sostem penangkap gas bio, 212 Emisi Proyek Emisi proyek yang dihasilkan dari kegiatan proyek ini dihitung berdasarkan metodologi pada dengan persamaan sebagai berikut Febijanto I, 2010 467PEyemisi proyek pada tahun y t-CO2PEpower,y emisi proyek dari listrik atau kebutuhan bahan bakar pada tahun y t-CO2PEww,treatment,y emisi gas metana dari sistem pengolahan limbah air yang diakibatkan kegiatan proyek dan tidak dipasang penangkap gas, pada tahun y t-CO2PEs,treatment,y emisi gas metana dari sistem pengolahan lumpur yang diakibatkan kegiatan proyek dan tidak dipasang penangkap gas, pada tahun y t-CO2PEww,discharge,y emisi proyek dari pembusukan karbon organik dari hasil pengolahan limbah cair pada tahun yt-CO2PEs,nal,y emisi proyek dari pembusukan an aerobik dari hasil akhir lumpur pada tahun y t-CO2PEfugitive,y emisi proyek dari biogas yang terlepas dari sistem penangkapan pada tahun yt-CO2PEbiomass,y emisi gas metana dari penyimpanan biomasa pada kondisi an-aerobik t-CO2PEaring,y emisi gas metana dari ketidaksempurnaan pembakaran pada tahun y t-CO2PEy = PEpower,y+PEww,treatment,y+PEs,treatment,y+ PEww,discharge,y +PEs,final,y+PEfugitive,y+PEbiomass,y+PEflaring,y …….3dimana,PEpower,y terdiri dari emisi proyek yang berasal dari kebutuhan listrik dan konsumsi bahan bakar fosil, seperti ditunjukkan dalam versi 13. Untuk emisi GRK dari konsumsi listrik ditentukan dalam versi 15, dan emisi GRK dari konsumsi bahan bakar fosil ditentukan dengan emisi factor dari bahan bakar proyek ini akan dikonsusmi listrik dan konsumsi bahan bakar fosil. Emisi GRK dari kedua konsumsi tersebut dihitung seperti di bawah ini. PEpower,y = PEelectricity,PJ,y + PEfossilfuel,PJ,y…….4dimanaPEelectricity,PJ,yEmisi CO2 dari konsumsi listrik dari aktivitas proyek pada tahun y tCO2e/thnPEfossilfuel,PJ,yEmisi CO2 dari konsumsi bahan bakar dari aktivitas proyek tahun y tCO2e/thnPEelectricity,PJ,y = ECPJ,y * EFelectricity,CO2…………5dimanaECPJ,yJumlah konsumsi listrik pada aktivitas proyek tahun y kWh/thnEFelectricity,CO2Emisi factor CO2 pada proyek tCO2e/kWhPada proyek ini tidak terkoneksi dengan jaringan listrik PLN dan listrik yang dihasilkan berasal dari pembangkit bahan bakar biomasa dan mesin diesel. saat pembangkit biomasa tidak beroperasi. Kedua jens pembangkit tersebut milik PKS. Emisi Faktor CO2 berdasarkan versi 13 dan versi adalah sebagai berikut EFelectricity,CO2 = …………………………………………………..Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 468DimanaEFelectricity,CO2Emisi Faktor CO2 di lokasi proyek tCO2e/kWhEGbiomass,yJumlah listrik yang dibangitkan oleh pembangkit biomasa pada tahun y kWh/thnEFelectricity,CO2,biomassEmisi Faktor CO2 dari pembangkit biomasa pada tahun y kgCO2e/kWh. Menurut AMS III. H ver 13 nilainya adalah listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar fosil pada tahun y kWh/thnEFelectricity,CO2,fossilEmisi Faktor CO2 dari pembangkit biomasa pada tahun y kgCO2e/kWh. Berdasarkan AMS ver 15, nilainya adalah 0,8 jika kapasitas > 200 kW. Pada proyek ini EFCO2 sangat kecil karena listrik yang dikonsumsi sebagain besar dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar biomasa. Jumlah listrik pada tahun 2008 adalah sebagai berikut, kWh/thn dibangkitkan oleh pembangkit bahan bakar biomasa dan kWh/thn oleh pembangkit bahan bakar fosil diesel. Sehingga EF dapat dihitung sebagai berikut ,electricityfossil,biomassCO2,y ,electricitybiomass,G EG EF EG EF EG E++××6Total jumlah listrik yang dibutuhkan dalam pada proyek ini, ECPJ,y adalah 68MWh/thn, dengan rincian sebagai berikut a. Pompa penyalur 1,5 kW/unit x 2 unit/kolam x 2 kolam = 6,0 kWb. Pompa pengaduk 0,4 kW/unit x 2 unit/kolam x 2 kolam = 1,6 kWc. Cerobong untuk flaring system x 1 unit/site = konsumsi listrik adalah kW x 24 hours x 365 days = 68,328kWh/thn. Emisi CO2 dari konsumsi listrik pada proyek PEelectricity,PJ,y adalah sangat kecil, yaitu ;PEelectricity,PJ,y = ECPJ,y x EFelectricity,CO2 = 68, = tCO2e/thnKarena jumlah emisi CO2 pada konsumsi listrik di proyek ini sangat kecil dibanding total emisi CO2 yang dikeluarkan oleh proyek, maka dapat diabaikan PEpower,y=0.PEfossilfuel,PJ,y, adalaIah emisi GRK yang berasal dari pembakaran ELPIJI untuk mendukkung pembakaran gas pada system flaring. Perhitungannya ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. PEfossilfuel,PJ,y = FCLPG,y x x HVLPG............................................................................................7dimanaEFelectricity,CO2 = 4,278,013*0+10,550* CO2 emission dari konsumsi bahan bakar fosil pada tahun y tCO2e/thnFCLPG,yKonsumsi ELPIJI pada tahun y tLPG/thnEFLPG,combustEmisi factor CO2 dari pembakaran gas ELPIJI kgCO2/TJHVLPG Nilai kalor gas ELPIJI E LPG, I, 2010 469Proses pengolahan limbah cair secara an aerobik pada aktivitas proyek ini adalah sama dengan kondisi sebelum proyek baseline, sehingga kualitas air yang diolah/nilai COD Chemical Oxygen Demand limbah air setelah melewati kolam an aerobik pada saat sebelum proyek dan sebelum proyek adalah sama, maka dalam perhitungan ini dapat dianggap PEww,discharge,y=0. Lumpur/sludge dari kolam an aerobik diambil secara periodik untuk menjaga kulitas proses pengolahan air dan mencegah pendangkalan kolam. Lumpur diambil dari kolam, dikeringkan dengan sinar matahari dan kemudian dibuang ke lahan perkebunan terdekat sebagai pupuk, sehingga PEs,final,y=0. Dengan tidak adanya pengolahan lumpur maka pada emisi pada kegiatan tersebut tidak ada, dan tidak ada nilai PEs,treatment,y. Karena tidak ada biomasa yang disimpan dibawah kondisi an-aerobik, maka tidak ada nilai PEbiomass, kondisi aktivitas proyek seperti di atas maka persamaan 4 menjadi,PEy = PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y .……………………………………………8PEfugitive,y = PEfugitive,ww,y + PEfugitive,s,y………9karena pada proyek ini tidak ada sistem pengolahan sludge, maka, nilai PEfugitive,s,y tidak ada, sehingga,PEfugitive,y = PEfugitive,ww,y……………………10PEfugitive,ww,y = 1-CFEww x MEPww,treatment,y x GWPCH4…………………………………………………………………….11dimana,CFEww Esiensi pengkapan dari fasilitas penangkapan gas pada sitem pengolahan limbah, Potensi emisi gas metntana pada sistem pengolahan limbah air yang dilengkapi sistem penangkap gas bio, 21Potensi gas metana yang dihasilkan dari limbah cair dari kolam an aerobik dinyatakan dalam persamaan di bawah ini,MEPww,treatment,y = Qww,y x Bo,ww x UFPJ x CODremoved,PJ,k,y x MCFww,treatment,PJ,k……….............................….12dimana,Qww,y Jumlah limbah air t/m3Bo,ww Kapasitas produksi gas metana pada limbah air, kg CH4/kgCODUFPJ Faktor koreksi model untuk perhitungan ketidakpastidak model, COD yang terambil/ kolam anaerobic dalamPEflaring,y = TMRG,h x x GWPCH4/1000………………………………...13dimana jumlah massa gas metana yang mengalir pada aliran gas bio pada fasilitas pembakaran/flaring dianggap sama dengan jumlah massa gas metana yang dihasilkan kolam an aerobik setelah dikurangi jumlah gas metana yang terlepas pada dari sistem penangkapan gas, TMRG,h x GWPCH4/1000 ≒ MEPww,treatment,y x GWPCH4 - PEfugitive,ww,y………...………………………….14TMRG,h Jumlah massa gas metana pada aliran gas bio buang kg/hSehingga persamaan 13 dapat dirubah menjadi persamaan di bawah ini,PEflaring,y=MEPww,treatment,yxGWPCH4 Efugitive,ww,y…………………………………………………………………………………………..15Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 4703 Kebocoran/LeakagePada proyek ini, instalasi sistem penangkapan dan pembakaran gas metana merupakan sistem/peralatan yang baru sehingga, kebocoran/leakage dianggap nol, LE= Pengurangan Emisi Emission ReductionPengurangan emisi dari skenario proyek ini adalah sebagai berikutERy,ex ante= BEy,ex ante + B Ey, electricity – PEy,ex ante + LEy,ex ante.…………………………………16persamaan 16 dapat dirubah menjadi, ERy,ex ante= BEww,treatment,y + BEy, electricity – PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y.………...17 Keekonomian ProyekDiasumikan untuk proyek CDM diskenariokan bekerjasama dengan pihak pembeli, dimana biaya pengurusan administrasi ditanggung oleh pihak pembeli. Pemilik dari lahan dan limbah cair , PKS Sei Silau tidak mengeluarkan biaya untuk investasi, berkewajiban hanya menyediakan limbah dan lahan untuk proyek ini saja. Harga CER Credit Emission Reduction diasumsikan 18 atau 27,52 USD/t-CO2 .Nilai investasi untuk flaring gas system berikut covering sheet untuk dua kolam anaerobic seluas masing masing x 40 m2, dan biaya operasional meliputi maintenance alat, gaji pegawai dan biaya verifikasi tiap tahun diasumsikan di table 2 Parameter KeekonomianINVESTASI BIAYAaring system+ methane gas capture+ CDM procedure USDO&M BIAYAFlaring system USDVerikasi proyek CDM USD3. HASIL DAN Pengukuran Air LimbahPada PKS Sei Silau, total jumlah TBS olah pada tahun 2008 adalah ton, = + 13,590,4 8,566,9 + 2,771,52 2+= – = mg/ltr= 0,01491 ton/m3Rentang reduksi COD di kolam anaerobik 1 dan 2, selama 10 hari berturut-turut berkisar antara 46,1%-85,3%, dan rata-rata reduksi COD pada kolam 1 dan 2, masing-masing adalah 68,9% dan 79,6%. Total reduksi rata-rata untuk kedua Febijanto I, 2010dengan rasio air limbah per ton TBS adalah 54,8%16, maka jumlah air limbah pada tahun itu adalah ton. Air sirkulasi dihitung dari kapasitas pompa dalam setahun adalah ton. Sehingga total debit air limbah yang masuk ke dalam kolam adalah Hasil Pengukuran CODHasil pengukuran COD dan pH selama 10 hari berturut-turut, dengan lokasi pengukuran pada tanda bulat di kedua inlet pada kolam an-aerobik 1 dan 2 gambar 8, ditunjukkan pada tabel 3 dan 4. Air limbah pada PKS Sei Silau ini dialirkan ke kolam anaerobik secara hasil pengukuran COD seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1 dan 2, COD yang menuju ke kolam anaerobik 1 lebih tinggi dibandingkan yang menuju ke kolam anaerobik nilai rata-rata data COD selama 10 hari, di kedua inlet kolam anerobik 1 dan 2 diambil rata-ratanya dengan hitungan sebagai berikut. . 471Tabel 3 Data COD dan pH dari kolam 1hari COD inlet pH inlet COD outlet pH outlet1 30, 7, 28, 8, 30, 7, 29, 7, 29, 8, 23, 10, 25, 8, 26, 7, 20, 10, 31, 8, 4 Data COD dan pH dari kolam 2hari COD inlet pH inlet COD outlet pH outlet1 19, 2, 13, 2, 10, 2, 17, 2, 14, 2, 7, 2, 8, 2, 18, 2, 7, 2, 16, 2, rasio reduksi COD dari inlet dan outlet kolam anaerobik, kemungkinan terjadi dikarenakan kolam anaerobik di PKS Sei Silau relatif dangkal. Secara disain kedalaman kolam adalah 5 m, tetapi pada kenyataannya menumpuknya sludge di kolam tidak secara periodik dikeluarkan dari kolam, maka kedalaman menjadi lebih dangkal. Berdarkan laporan staf lapangan PKS Sei Silau, kedalaman kolam tidak lebih dari 2 m. Pendangkalan ini menyebabkan terjadinya waktu tinggal air limbah menjadi lebih pendek, sehingga mengurangi waktu dekomposisi zat COD di saluran input kolam anaerobik, nilainya relatif rendah dibandingkan dengan beberapa referensi yang ada. Pengukuran COD untuk proyek CDM di PKS Perlabian, Sumatera Utara menunjukkan angka ton/m3 19, dan 0,055410 ton/m3 dan 0,07256 ton/m3pada proyek CDM yang lain di PKS Ulu Kanchong, Malaysia20, dan Sabah15. Dari suatu penelitian terkait nilai COD dari 30 PKS di Indonesia dan 40 PKS di Malaysia, ditunjukkan bahwa rata rata COD di Indonesia berkisar dari mg/l, dengan rata rata mg/l, sebagai perbandingan di Malaysia berkisar antara mg/l, dengan rata-rata mg/l. Target pengukuran COD ini hanya dikhususkan pada PKS yang menggunakan Centrigue Waste, dimana kondisi ini sama dengan kondisi PKS Sei Silau yang tidak memiliki sistem pemisahan antara limbah padat dan Dari data tersebut di atas, nilai COD di PKS Indonesia, rata -rata lebih rendah 35,2% dibandingkan MalaysiaDari hasil pengukuran di studi ini, nilai COD rata rata dari kedua anaerobik pond adalah mg/l, dengan rasio reduksi COD rata-rata adalah 72,5%. Rendahnya nilai COD pada pengukuran di studi ini, didukung dengan nilai pH pada inlet kolam anaerobik yang berada di bawah pH=7. pH pada inlet di kolam anaerobik 1 dan 2 rata-rata adalah 5,34 dan 6,12. Dimana dalam kondisi pH ini proses bakteria metnogenik tidak optimum. Bakteri metanogenik akan menghasilkan gas metana secara aktif pada pH antara 7 dan 821,9,11 , sedangkan pH optimum berkisar pada 6,4-7,410. Outlet dari kedua kolam anaerobik untuk kolam 1 dan 2 adalah 7,27 dan 7,33. Kondisi pH pada outlet menyatakan bahwa proses pembentukan gas metana terjadi. Tetapi dengan kondisi inlet pH yang Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474kolam anaerobik tersebut adalah 72,5%. Reduksi ini masih relatif rendah dibandingkan hasil pengukuran yang dilakukan Hayashi, dimana kolam anaerobik dapat mengurangi COD sebesar 472tidak berada dalam pH optimum bakteri metanogensis untuk menghasilkan gas metana, maka proses yang terjadi di kolam anaerobik disimpulkan tidak dapat terjadi secara optimum. Rendahnya nilai COD ini dapat terjadi karena adanya volume air yang masuk ke dalam air limbah secara berlebihan. Dari pengamatan di lapangan, air cucian minyak di sekitar Screw Press dan Clarifier Oil Tank, dibuang ke dalam parit yang bersatu dengan air limbah. Pencucian di sekitar kedua alat tersebut diperlukan karena adanya kebocoran minyak. Kebocoran minyak ini perlu dibersihkan untuk menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan kerja pabrik. Kondisi kebocoran ini tidak terjadi di PKS di Malaysia, sehingga kondisi ini merupakan jawaban dari penyebab rendahnya COD di PKS di Indonesia dibandingkan di Pemanfaatan Gas MetanaDari hasil data dan potensi sumber gas metana dihitung dengan menggunakan persamaan di Jumlah gas metana yang dihasilkan dari dua kolam anaerobik tiap tahun adalah t-CH4/tahun atau t-CO2/ Pengurangan Emisi GRKJika proyek ini dimasukkan ke dalam proyek CDM, dengan skenario flaring, atau pembakaran gas metana saja. Maka proyek ini mempunyai arti sebagai proyek yang berkontribusi terhadap pengurangan GRK, dengan cara penangkapan dan pembakaran gas metana. Aktifitas dari proyek ini kemudian jika disertifikatkan kepada badan PBB yang mengurusi pengurangan GRK, sebagai sebuah proyek CDM. M aka proyek ini akan mendapatkan pendapatan dari hasil penjualan sertifikat proyek belum dilaksanakan kolam anaerobik 1 dan 2 mengeluarkan emisi, BEy = BEww,treatment,y , sebesar t-CO2/tahun. Dan ketika proyek ini berjalan proyek akan menghasilkan emisi yang merupakan penjumlahan dari, PEy = PEww,treatment,y + PEfugitive,y + PEflaring,y atau t-CO2/ begitu proyek ini dapat mereduksi emisi CO2 sebesar t-CO2/thn = - Proyek CDMSebagai proyek CDM, emisi GRK yang didapat dapat disertifikatkan, dan jika sertifikasi proyek dapat disetujui oleh UNFCCC. Proyek baru bisa mendapatkan pendapatan dari CER setelah dilakukan verifikasi oleh pihak ke tiga 6 bulan atau 12 bulan proyek berjalan. Analisa Keekonomian Pendapatan dari proyek ini, hanya berasal dari penjualan CER Credit Emission reduction, tanpa adanya pendapatan dari CER maka proyek ini tidak layak secara keekonomian, karena tidak adanya CER bergantung kepada besarnya emisi GRK yang dikurangi selama proyek berjalan dalam setahun, selama 7 tahun. Proyek ini dapat mengurangi emisi GRK sebanyak t-CO2/tahun. Dengan asumsi harga CER adalah maka pendapatan yang didapat dari CER per tahun adalah USD Dengan memperhitungkan nilai investasi dan biaya operasional seperti ditunjukkan di tabel 4, maka nilai IRR dari proyek ini adalah Bunga pinjaman rata rata bank menurut Bank Indonesia pada awal tahun 2010 adalah sekitar 20% 22 maka proyek ini dapat dinilai sangat I, 2010 4734. KESIMPULANDari hasil survei ditemukan, bahwa potensi gas metana pada kolam limbah berkaitan erat dengan selisih COD Chemical Oxygen Demand yang berkurang di inlet dan outlet kolam COD pada PKS Sei Silau relatif rendah dibandingkan dengan nilai COD dari PKS di negara lain. Rendahnya nilai COD ini dikarenakan adanya pencampuran air buangan yang berasal dari proses pencucian dan proses lain di dalam pabrik ke dalam saluran pembuangan air limbah., yang mengakibatkan pencairan air proyek CDM, proyek pemanfaatan gas metana dari dua kolam anaerobik di PKS Sei Silau merupakan proyek yang layak secara keekonomian. UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih ditujukan kepada Manager Pabrik PKS Sei Silau, PTPN 3, Bapak Herbert yang telah membeirkan kesempatan untuk melakukan analisa dan observasi serta pengumpulan data di PUSTAKA1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No. 28 tahun 2003, tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Rachmawan Budiarto, Potensi Energi Limbah Pabrik Kelapa Sawit, BSS_325_1_1-6, Ali Akbar, Biological Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME using an Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film UASFF Bioreactor, thesis for degree of Doctor of Philosophy, Abdullah, K., Abul Kohar Irwanto, Ni rwa n Si regar, En dah A gus tina, Armansyah H. Tambunan, M. Yasin, Edy Hartulistyono, Y. Aris Purwanto, 1991. Energi dan Listrik Pertanian, JICA-DGHE/IPB Project/ADAET, JTA-9a 132.6. Yadava, and Hesse, 1981. The development and Use of Biogas Technology in Rural Area of Asia A Status Repoert 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling, FAO/UNDP Regional Project RAS/75/004, Project Field Document No. Teguh Wikan W, N. Ana dan R. Elita, Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian Untuk Energi Biogas”,20078. Gunnerson, and Stuckey, 1986, Anaerobic Digestion ”Principles and Practices for Biogas System. The Worl Bank Washington, Sosnowski, P., A, Wieczorek , & S. Ledakowicz, “Anaerbobic co-digestion os sewage sludge and organic fraction of municipal solid wastes, Adv, Environ Res, 2003. 73, pp. Renita Manurung, Proses Anaerobik sebagai Alternatif untuk Mengolah Li mba h Sawit,e-USU Repository, Univeristas Sumatera Utara, Mahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati, Sutjahjo, Suryo Hadi, dan Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Jurnal Bioversitas Volume 9 No. Cassidy, Hirl and E. Belia, Pemanfaatan Potensi Gas,... Ling. 11 3 459-474 474Methane production from ethanol anaerobics SBRs, Water Science & Technoloogy-WST, 58-4, 2008, pp. Project Design Document of Solids Separation of POME and co-composting project, Sabah,200716. K., Hayashi, Environmental Impact of Palm Oil Industry in Indonesia, Proceeding of International Symposium on Eco Topia Science 2007, ISETS07 200717. “Approved small-scales methodologies”, Cristian Retamal, Understanding CER price volatility, Carbon Management Consulting Group, Latin Carbon Forum, Panama, June 25 2009Febijanto I, 201019. Project Design Document of Methane Recovery in Wastewater Treatment, Project AIN07-W-05, Sumatera Utara, Indonesia, Ver. 1, 14 November Project Design Document of Methane Recovery in Wastewater Treatment, Biogas Recovery at Ulu Kanchong Palm Oil Mill, 15 January Tajaradin, dan N. Ismail, Relationship between Methane Production and Chimica, Oxygen Demand COD in Anaerobic Digestion of Food Waste, International Conference on Construction and Building Technology ICCBT-D-03, Jakarta Post, 19 Maret 2010 ... Rata-rata penurunan nilai kualitas air limbah untuk parameter COD di Tahun 2019 adalah sebesar mg/L dengan rata-rata persentase penuruanan nilai COD COD removal sebesar 92,00%, dengan nilai persentase penurunan tertinggi terdapat pada Bulan September yaitu sebesar 97,53% dan nilai persentase penurunan terendah pada Bulan Januari yaitu sebesar 77,78%. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Hayashi dalam Febijanto 2010, bahwa penurunan nilai COD pada kolam anaerobik biogas dapat mengurangi COD sebesar 97,8%. Grafik penurunan nilai COD dapat dilihat pada Gambar 2. ...Antoni Antoni Yusni SiregarSuwondo SuwondoThe development of the palm oil industry in Indonesia is growing rapidly, including the increasing number of palm oil processing factories and their liquid waste which has an impact on increasing the amount of greenhouse gases through methane gas. This research was conducted to determine the strategy in utilizing the effluent palm oil mill as a sustainable energy source in the palm oil mill of PT. MSSP of Siak Regency. Utilization of palm oil mill effluent as biogas fuel is carried out using covered lagoon reactor pond technology and serves to reduce the emission value of 1, tons of CH4 during 2019 and to function in economic efficiency from the use of sustainable energy or biogas for companies by Rp. 8,109,598,450 and socially functioning for employees and the community around PT. MSSP is a positive perception, both in lightening the work of employees and reducing the will in community settlements. The strategy carried out in the utilization of palm oil mill effluent as a sustainable energy source at PT. MSSP aims at good and proper management and application. The strategy was formulated in the SWOT analysis by compiling strengths, weaknesses, opportunities and threats in the application of the utilization of palm oil mill effluent as a sustainable energy paper presents the results of investigation of methane fermentation of sewage sludge and organic fraction of municipal solid wastes OFMSW as well as the cofermentation of both substrates under thermophilic and mesophilic conditions. In the first experiment the primary sludge and thickened excess activated sludge were fed into a 40 dm3 bioreactor operated thermophilically. The second co-fermentation experiment was conducted with the mixture of sewage sludge 75% and OFMSW 25% in the same bioreactor arrangement. The other three experiments III and IV, V were carried out in quasi-continuous mode in two separated stages acidogenic digestion in the continuous stirred tank bioreactor under thermophilic conditions 56 °C and mesopholic methane fermentation 36 °C. The third experiment was conducted with the substrate-OFMSW only, in the fourth run sewage sludge from a municipal water treatment plant was used. In the fifth experiment a mixture of sewage sludge and OFMSW was used. In all experiments the following data were determined biogas content and productivity, pH, total suspended and volatile solids, elemental content C, H, N, S of sludge, OFMSW and inoculum, total organic carbon, total alkalinity and volatile fatty acid content. Comparing the elemental analysis of sewage sludge and OFMSW it is evident that N content is higher in the sludge than in the OFMSW, however, the carbon content relation is the opposite, which may be beneficial to methane yield of co-digestion. Methane concentration in the biogas was above 60% in all cases. Biogas productivity varied between and dm3/g VSSadd depending on substrate added to the digester. The obtained results are generally consistent with literature Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME using an Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film UASFF Bioreactor, thesis for degree of Doctor of PhilosophyAli AkbarAli Akbar, Biological Treatment of Palm Oil Mill Effluent POME using an Up-Flow Anaerobic Sludge Fixed Film UASFF Bioreactor, thesis for degree of Doctor of Philosophy, development and Use of Biogas Technology in Rural Area of Asia A Status Repoert 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling, FAO/ UNDP Regional Project RAS/75/004L S YadavaP R HesseYadava, and Hesse, 1981. The development and Use of Biogas Technology in Rural Area of Asia A Status Repoert 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling, FAO/ UNDP Regional Project RAS/75/004, Project Field Document No. Limbah Industri Pertanian Untuk Energi BiogasW Teguh WikanN Ana DanR ElitaTeguh Wikan W, N. Ana dan R. Elita, Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian Untuk Energi Biogas",2007Principles and Practices for Biogas System. The Worl BankC G GunnersonD C StuckeyGunnerson, and Stuckey, 1986, Anaerobic Digestion "Principles and Practices for Biogas System. The Worl Bank Washington, Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi BiogasEdwi MahajoenoBibiana LayWidiatiSuryo SutjahjoDan HadiSiswantoMahajoeno, Edwi, Lay, Bibiana Widiati, Sutjahjo, Suryo Hadi, dan Siswanto. 2008. Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit untuk Produksi Biogas. Jurnal Bioversitas Volume 9 No. production from ethanol anaerobics SBRsMethane production from ethanol anaerobics SBRs, Water Science & Technoloogy-WST, 58-4, 2008, pp. Impact of Palm Oil Industry in IndonesiaK HayashiK., Hayashi, Environmental Impact of Palm Oil Industry in Indonesia, Proceeding of International Symposium on Eco Topia Science 2007, ISETS07 2007Understanding CER price volatility, Carbon Management Consulting GroupCristian RetamalCristian Retamal, Understanding CER price volatility, Carbon Management Consulting Group, Latin Carbon Forum, Panama, June 25 2009