sepertiyang tergambar dalam buku Teach Like Finland: 33 Simple Strategies for Joyful Classrooms karya Timothy D Walker. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran di Finlandia dalam buku Teach Like Finland: 33 Simple Strategies for Joyful Classrooms; (2) mendeskripisikan Walker, Timothy D. 2017. Teach Like Finland Mengajar Seperti Finlandia 33 Strategi Sederhana untuk Kelas yang Menyenangkan. Jakarta PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
HalloGenerasi New Mind. Hari ini kita akan membahas mengenai salah satu buku karya Timothy D. Walker yaitu Mengajar Seperti Finlandia "Teach Like Finland" buku yang menggambarkan Susana dan strategi belajar di negara Finlandia. Buku ini membahas mengenai 33 strategi sederhana untuk sebuah kelas yang menyenangkan.
Sistem pendidikan setiap negara tentunya berbeda pada konteks masing-masing negara. Harus dilandasi dengan sejarah, filosofi, dan budaya. Finlandia salah satu role country in education implementation untuk menjadi referensi beberapa negara di dunia.
Buku Teach Like Finland (Mengajar Seperti Finlandia) Penulis: Timothy D. Walker Cetakan II: Agustus 2017 Penerbit: PT Gramedia ISBN: -1 Halaman: 197 Dalam benak ku pertama kali ketika membaca judul buku ini yaitu negara yang konsep pendidikannya sangat baik bahkan aku pernah membaca jika di negara ini para siswa di sekolah tidak memiliki pekerjaan rumah tapi uniknya mereka
Deskripsi Teach Like Finland, Mengajar Seperti Finlandia 33 Strategi Sederhana untuk Kelas yang Menyenangkan Finlandia mengejutkan dunia ketika siswa-siswinya yang masih berusia 15 Tahun berhasil mencata skor tertinggi di penyelenggraan pertama PISA Program for International Student Assassment. Timothy D. Walker, Guru kelas 5 di Finladia, mencatat rahasia-rahasia dibalik kesuksesan sekolah-sekolah di Finlandia. Buku diterbitakan tahun 2017 DAFTAR ISI Penghargaan Kata Pengantar oleh Pasi Sahlberg Pendahuluan 1. Kesejahteraan Jadwal Istirahat Otak Belajar sambil Bergerak Recharge sepulang Sekolah Menyederhanakan Ruang Menghirup Udara Segar Masuk ke Alam Liar Menjaga Kedamaian 2. Rasa Memiliki Mengenal setiap Anak Bemain dengan Murid-murid Merayakan Pembelajaran Mereka Mengejar Mimpi Kelas Menghapus Perisakan Bullying Berkawan 3. Kemandirian Mulai dengan Kebebasan Meninggalkan Batas Menawarkan Pilihan Buat Rencana Bersama Siswa Anda Biar Jadi Nyata Tuntutan Tanggung Jawab 4. Penguasaan Apakah hal-hal mendasar? Gunakan Buku Pegangan Memanfaatkan Teknologi Mamasukan Musik Menjadi Pelatih Buktikan Pembelajaran Mendiskusikan Nilai 5. Pola Pikir Mencari Flow Berkulit Tebal Kolaborasi Lewat Kopi Menyambut Para Ahli Melepaskan Diri Untuk Berlibur Jangan Lupa Bahagian Referensi
Bukutersebut berjudul Teach Like Finland, atau kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Mengajar Seperti Orang Finlandia. Terbit pertama kali pada tahun 2017. Mungkin banyak orang penasaran, kok bisa negeri kecil di kawasan Skandinavia itu mengangkangi kedigdayaan Amerika atau negara maju lainnya. Finlandia sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik, telah menjadi rujukan bagi pelaksanaan pendidikan negara-negara di dunia. Indonesia sebagai negara yang terus berusaha dalam perbaikan kualitas pendidikan, perlu mempelajari apa saja strategi pendidikan di Finlandia dan memilah-milah mana yang sesuai dengan situasi kondisi di Indonesia dan mana yang tidak. Tujuan penulisan ini untuk mengungkap bagaimana detail pembelajaran di Finlandia dan kemungkinan penerapannya di Indonesia, dengan acuan utama buku karangan Timothy D. Walker yang berjudul Teach Like Finland, 33 Simple Strategies for Joyfull Classrooms. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Hasil dari penelitian ini yaitu 1. strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sudah banyak diterapkan di sekolah Indonesia, yaitu; masuk ke alam liar, merekrut tim kesejahteraan, mengejar mimpi kelas, menggunakan buku pegangan, menggunakan teknologi, dan memasukkan musik, 2. strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang dapat diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; belajar sambil bergerak, recharge sepulang sekolah, mengenal setiap anak, bermain dengan murid, menghapus bullying dengan program tertentu, berkawan, mulai dengan kebebasan, membuat rencana pembelajaran bersama siswa, dan mengajarkan hal-hal mendasar dan, 3. strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sulit diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; jadwal istirahat otak. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, No 2, Desember 2019 Tersedia Online ISSN 2302-6383 print 2502-1648 online PENERAPAN PROSES PEMBELAJARAN DI FINLANDIA PADA PEMBELAJARAN DI INDONESIA Alfi Suciyati Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Borneo Tarakan alphie120115 Abstrak Finlandia sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik, telah menjadi rujukan bagi pelaksanaan pendidikan negara-negara di dunia. Indonesia sebagai negara yang terus berusaha dalam perbaikan kualitas pendidikan, perlu mempelajari apa saja strategi pendidikan di Finlandia dan memilah-milah mana yang sesuai dengan situasi kondisi di Indonesia dan mana yang tidak. Tujuan penulisan ini untuk mengungkap bagaimana detail pembelajaran di Finlandia dan kemungkinan penerapannya di Indonesia, dengan acuan utama buku karangan Timothy D. Walker yang berjudul Teach Like Finland, 33 Simple Strategies for Joyfull Classrooms, didukung literatur lain yang sesuai. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Hasil dari penelitian ini yaitu 1. strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sudah banyak diterapkan di sekolah Indonesia, yaitu; masuk ke alam liar, merekrut tim kesejahteraan, mengejar mimpi kelas, menggunakan buku pegangan, menggunakan teknologi, dan memasukkan musik, 2. strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang perlu diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; belajar sambil bergerak, recharge sepulang sekolah, mengenal setiap anak, bermain dengan murid, menghapus bullying dengan program tertentu, berkawan, mulai dengan kebebasan, membuat rencana pembelajaran bersama siswa, dan mengajarkan hal-hal mendasar dan, 3. strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sulit diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; jadwal istirahat otak. Kata kunci strategi pembelajaran Finlandia IMPLEMENTATION OF THE LEARNING PROCESS IN FINLAND ON LEARNING IN INDONESIA Alfi Suciyati Universitas Borneo Tarakan alphie120115 Abstract Finland as one of country with the best education system has become a reference for the implementation of education in countries in the world. Indonesia as a country that continues to strive to improve the quality of education, needs to learn what education strategies are in Finland and sort out which ones are suitable for the situation in Indonesia and which are not. The purpose of this paper is to reveal in detailed learning in Finland is and how it might be applied in Indonesia, with the main reference to Timothy D. Walker's book entitled Teach Like Finland, 33 Simple Strategies for Joyfull Classrooms. This study uses the literature study method. The results of this study are 1. a strategy of Finnish school learning that has been widely applied in Indonesian schools, namely; go into the wild, recruit welfare teams, pursue class dreams, use handbooks, use technology, and enter music, 2. strategies from learning in Finnish schools that can applied in Indonesian schools namely; learn while moving, recharge after school, get to know each child, play with students, eliminate bullying with certain programs, make friends, start with freedom, make plans for learning with students, and teach basic and, 3. strategies from Finnish school learning that are difficult to implement in Indonesian schools, namely; schedule brain breaks Keywords Finnish learning strategy 2 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 PENDAHULUAN Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia untuk dua tahun berturut-turut dan sistem pendidikan Finlandia dikenal sebagai yang paling sukses di dunia. Negara Nordik dengan populasi 5,5 juta jiwa ini, menjadi yang teratas dalam World Happiness Report oleh PBB pada 2018 dan 2019, sejak laporan pertama kali dirilis pada 2012. Berdasarkan hasil tes PISA Programme for International Student Assessment yang dilakukan oleh OECD Organization for Economic Cooperation & Development, Indonesia berada di urutan bawah dari 65 negara yang mengikuti tes PISA untuk kategori matematika, sains dan membaca. Lalu, negara manakah yang menduduki rangking pertama? Finlandia, adalah negara yang menduduki peringkat satu sejak pertama kali tes PISA dilakukan pada tahun 2000 dan berhasil mempertahankan posisi sebagai nomor satu hingga tahun 2009. Hasil tes 2009 menunjukkan Finlandia menduduki rangking kedua untuk reading, rangking kedua untuk matematika dan rangking pertama untuk sains. Tahun 2015, Finlandia menduduki peringkat ke-5 setelah Singapura, Jepang, Estonia, dan China. Tes seperti apakah PISA itu sehingga masyarakat dunia sekarang memperhatikan Finlandia? PISA adalah survei internasional tiga tahunan yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan melakukan tes kemampuan dan pengetahuan siswa usia 15 tahun. PISA pertama kali dilakukan pada tahun 2000. Pendidikan di Indonesia masih terus berbenah dan memantapkan diri. Kurikulum 2013 yang disusun dengan tujuan utama memperbaiki karakter peserta didik perlu terus dievaluasi pelaksanaannya apakah telah sesuai dengan yang diharapkan. Dengan melihat pelaksanaan pembelajaran di negara lain yang lebih berhasil, kita dapat mengevaluasi kurikulum kita dan memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang berhasil, ternyata bukanlah pembelajaran dengan banyak jam dan banyak mata pelajaran. Finlandia membuktikan bahwa pembelajaran yang tidak membebani siswa justru membuat siswa mampu belajar dengan maksimal. Timothy D. Walker, seorang guru Sekolah Dasar menuliskan secara detail pengalaman-pengalamannya mengajar di kelas Finlandia dalam bukunya yang berjudul Teach Like Finland, 33 Simple Strategies for Joyfull Classrooms. Tujuan penulisan ini adalah mengungkap bagaimana detail pembelajaran di Finlandia dan bagaimana kemungkinan penerapannya di Indonesia, dengan acuan utama buku karangan Walker 2017 tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1. Strategi apa saja dari pembelajaran di Sekolah Finlandia yang sudah diterapkan di Sekolah Indonesia? 2. Strategi apa saja dari pembelajaran di Sekolah Finlandia yang dapat sudah diterapkan tapi masih jarang, dan perlu diterapkan di Sekolah Indonesia? 3. Strategi apa saja dari pembelajaran di Sekolah Finlandia yang sulit diterapkan di Sekolah Indonesia? METODE PENELITIAN Dalam Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor Moleong, 2005, p. 4 menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur, yaitu dengan mempelajari buku, jurnal, dan literatur lain berkaitan dan dapat DAN PEMBAHASAN Ketika hasil PISA pertama kali diumumkan di tahun 2001, Finlandia sebagai sebuah sistem pendidikan, terkejut setelah tau bisa bertengger di peringkat pertama. Pendekatan Finlandia yang lebih lunak seperti hari sekolah yang pendek, beban pekerjaan rumah yang ringan, dan sedikitnya tes dengan standar tertentu telah mematahkan pandangan tradisional tentang bagaimana memperoleh hasil pendidikan yang berkualitas. Guru-guru Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi3Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 Finlandia mengutamakan kebahagiaan dalam proses pencapaian hasil belajar. Prinsip mereka adalah bahwa kebahagiaan adalah syarat utama untuk meraih kesuksesan. Timothy D. Walker adalah seorang guru berasal dari Amerika yang kemudian pindah menjadi guru di Helsinki, Finlandia karena istrinya adalah warga negara Finlandia. Ia mengajar di Sekolah Dasar negeri di Helsinki. Ia mencatat satu per satu strategi di balik kesuksesan sekolah-sekolah Finlandia. Strategi-strategi tersebut dapat kita telaah satu per satu apakah dapat kita terapkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Bukanlah suatu keharusan untuk kita melakukan hal yang sama dengan apa yang telah dilakukan di Finlandia. Akan tetapi, jika strategi tersebut sesuai dan baik untuk situasi dan kondisi di Indonesia, maka akan sangat baik jika kita mencoba untuk menerapkannya di Indonesia. Berdasar apa yang dituliskan Walker dalam bukunya, berikut adalah telaah satu per satu atas strategi-strategi sekolah Finlandia. A. Well-being Kesejahteraan/kebahagiaan Strategi 1 Jadwal istirahat otak Walker menceritakan bahwa kebiasaannya bekerja dengan sangat keras dan mengabaikan jadwal istirahat sangat tidak didukung oleh rekan kerjanya di Finlandia. Sebagai seorang amerika, ia mengatakan bahwa ada perbedaan budaya antara Amerika dan Finlandia, yaitu bahwa di Amerika yang menjadi prioritas adalah mengejar kesuksesan atau menjadi yang terbaik, namun hal tersebut pada akhirnya justru menggerogoti kesejahteraan kebahagiaan guru dan para siswa. Guru-guru di Amerika bekerja sangat keras bahkan bisa mengabaikan jam istirahat mereka. Namun di Finlandia, Walker tidak melihat rekan-rekannya bekerja saat istirahat makan siang, juga tidak ada yang di dalam kelas sepanjang hari. Mereka terlihat relatif bebas tekanan dibandingkan dengan yang selama ini Walker lihat di Amerika. Bagi guru-guru Finlandia, kebahagiaan adalah hal penting untuk meraih kesuksean. Maka sebisa mungkin guru tidak mengalami stress. Mengajar sebagai sebuah profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan aktivitas intelektual yang tinggi. Ada berbagai gejala intelektual stres yang dapat mempengaruhi orang-orang dalam profesi ini, termasuk masalah memori, kebingungan, penilaian buruk, kurang konsentrasi, yang akan diekspresikan sebagai gejala emosional bisa berupa kemarahan, iritasi, murung, dan depresi, yang semua ini dapat memiliki efek negatif pada fungsi guru Morgan & Kitching, 2007, p. 370. Perencana kurikulum di sekolah dasar atau sekolah menengah harus mempertimbangkan fakta bahwa stres sangat negatif dalam mengajar Moses, 2016, Dampak utama dari tekanan pada produktivitas guru adalah kurangnya komitmen untuk bekerja; transfer agresi kepada siswa; dan gangguan di tempat kerja Yusuf, et al.; 2015, p. 1937. Selain menghindari terjadinya tekanan pada guru, pendidikan di Finlandia juga menghindari adanya tekanan yang berlebih pada siswa. Salah satu strateginya adalah dengan memberikan jadwal istirahat otak. Jam istirahat yang dalam bahasa Inggris disebut dengan school recess atau school break ini merupakan istilah umum untuk menyebut periode waktu tertentu di mana para siswa berhenti sejenak dari tugas-tugasnya. Anak-anak di Finlandia terbiasa punya istirahat 15 menit setiap 45 menit pelajaran. Selama jam istirahat tertentu, anak-anak keluar untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Ketika Walker mencoba mengubah jadwal istirahat mereka dengan mengajar lebih lama, awalnya ia mengira bahwa siswa Finlandia akan lebih baik dengan jam yang lebih lama tersebut. Namun ternyata hal itu membuat siswa menjadi tidak bersemangat dalam belajar. Walker menyimpulkan bahwa cara untuk membuat anak-anak tetap fokus adalah dengan mengistirahatkan otak mereka. Istirahat tidak harus berada di luar ruangan. Isirahat di dalam kelas juga memberikan hasil yang sama baik Pellegrini & Bohn, 2005, p. 14. Dalam penelitiannya, Brez & Sheets 2017, p 3 menunjukkan bahwa reses merupakan faktor penting dalam kinerja anak-anak di sekolah dan harus dianggap sebagai bagian penting dari hari sekolah. 4 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 Bagaimana dengan jam istirahat otak yang bisa ditemukan pada jam mengajar di Indonesia? Mendikbud telah menetapkan Peraturan Menteri Permen Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah, yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5 hari dalam sepekan, dan resmi diterapkan pada tahun ajaran 2017-2018. Berikut isi pasal 2 yang langsung mengatur jam istirahat peserta didik a. Ayat 1 Hari Sekolah dilaksanakan 8 delapan jam dalam 1 satu hari atau 40 empat puluh jam selama 5 lima hari dalam 1 satu minggu. b. Ayat 2 Ketentuan 8 delapan jam dalam 1 satu hari atau 40 empat puluh jam selama 5 lima hari dalam 1 satu minggu sebagaimana dimaksud pada ayat 1, termasuk waktu istirahat selama 0,5 nol koma lima jam dalam 1 satu hari atau 2,5 dua koma lima jam selama 5 lima hari dalam1 satu minggu. c. Ayat 3 Dalam hal diperlukan penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Sekolah dapat menambah waktu istirahat melebihi dari 0,5 nol koma lima jam dalam 1 satu hari atau 2,5 dua koma lima jam selama 5 lima hari dalam 1 satu minggu. d. Ayat 4 Penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak termasuk dalam perhitungan jam sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Berdasar Permen tersebut, dapat dipahami bahwa jam istirahat peserta didik adalah 0,5 jam dalam rentang waktu 8 jam. Tentu saja perbedaannya sangat mencolok dengan jam istirahat siswa Finlandia sebesar 15 menit setiap 45 menit. Ayat 3 menjelaskan bahwa jam istirahat tersebut dapat ditambah sesuai keperluan, namun bukan hal yang mudah untuk menambahkan jam istirahat tersebut. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah saat sekolah menerapkan belajar 5 hari dalam setiap minggu, maka terjadi pergeseran jam pada hari Sabtu ke hari-hari yang lain. Pada saat belajar 6 hari setiap minggu, peserta didik pulang sekolah sekitar jam Pada belajar 5 hari setiap minggu peserta didik pulang sekitar jam Jika pada hari itu ada ekstra kurikuler tentu pulangnya akan lebih sore lagi. Sekolah mungkin kesulitan menentukan jumlah waktu istirahat atau rentang waktu setiap istirahat. Penambahan waktu jam istirahat tentunya akan menyebabkan waktu pulang sekolah menjadi semakin sore. Strategi 2 Belajar sambil bergerak Selain istirahat otak setiap 45 menit, strategi berikutnya adalah belajar sambil bergerak. Walker merasa seperti tersengat ketika seorang temannya mengkritik kebiasaannya duduk bersama murid-murid kelas satu sepanjang jam di kelas. Setelah lama duduk, murid-murid tersebut merasa tidak antusias ketika diminta untuk bangkit dan kerja mandiri. Kemudian Walker mencoba mengubah cara mengajar, yaitu dengan memperpendek penjelasan hingga kurang dari 15 menit. Hasilnya sangat signifikan. Murid-murid menjadi lebih antusias dan bekerja lebih efisien di meja masing-masing. Walker kemudian membandingkan dengan pengalamannya melihat siswa-siswa di Amerika yang diminta untuk duduk tenang selama pelajaran. Mereka menjadi tidak aktif sepanjang hari dan hal ini menyebabkan jutaan anak kehilangan manfaat yang kaya dari gerak aktif secara fisik. Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler, memperbaiki fungsi kognitif seperti ingatan dan perhatian, dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental Walker, 2015, p. 1. Untuk mengaktifkan kegiatan fisik, pemerintah Finlandia mengambil inisiatif yaitu dengan mencanangkan program Sekolah Finlandia Bergerak Finnish Schools on the Move dan mengujicobanya antara tahun 2010-2012. Program ini mampu mengubah kebiasaan siswa yang tadinya lebih banyak duduk menjadi aktif bergerak. Secara teknis, ada anak-anak yang bertugas sebagai recess activators penggiat istirahat yang akan menggiatkan anak-anak berumur di bawahnya untuk melakukan aktivitas fisik berupa permainan-permainan edukatif pada jam istirahat. Tidak hanya pada jam istirahat, menurut Walker, aktifitas fisik juga dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi5Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 Walker memberikan contoh taktiknya yaitu dengan galeri berjalan. Taktik ini muncul dari rasa frustasinya terhadap cara penyelenggaraan sekolah yang sangat tradisional. Siswa terlalu sering menampaikan kerja mereka secara pasif; mereka berdiri di depan kelas dengan poster atau slide presentasi dan berceramah kepada teman-temannya mengenai apa yang telah mereka pelajari. Menurutnya, hal tersebut tidak hanya akan menghabiskan jam pelajaran, tetapi juga cenderung menjadi tidak produktif. Dalam taktik galeri berjalan, para siswa menempelkan presentasi mereka di dinding kelas atau lorong-lorong sekolah seperti sedang menciptaan galeri seni. Setiap karya diberi nomor, dan siswa berkeliling dari satu karya ke karya lainnya. Setiap siswa memberikan pertanyaan dan masukan postif melalui stiky note yang dibagikan dan kemudian ditempelkan pada karya yang mereka observasi. Selain manfaat kesehatan dari aktifitas fisik, Walker juga mengamati adanya manfaat lain, yaitu siswa selalu memperbaiki karyanya sesuai masukan dari teman-temannya tanpa harus didesak. Apakah strategi kedua tersebut dapat diterapkan pada pembelajaran di Indonesia? Jawabannya adalah sangat mungkin. Meskipun tidak ada program khusus dari pemerintah seperti Finnish Schools on the Move, namun dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah memberikan motivasi kepada guru untuk menciptakan pembelajaran yang memuat aktivitas fisik sesuai keperluan. Berikut isi pasal 2 ayat 1 dalam peraturan tersebut 1 Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik a. Interaktif dan inspiratif; b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; c. kontekstual dan kolaboratif; d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasar Permen di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar sambil bergerak adalah hal yang dianjurkan untuk dilakukan oleh guru. Pemilihan model, metode, dan teknik pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap aktivitas siswa. Strategi 3 Recharge sepulang sekolah Beban mengajar full time di Sekolah Dasar Finlandia hanya 24 jam setiap minggu. Jika istirahat 15 menit setiap jam pelajaran juga dihitung, maka hanya 18 jam tatap muka. Jika dibandingkan dengan di Indonesia, jumlah jam ini jauh lebih kecil. Di Indonesia, sesuai Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kurikulum 2013, beban belajar tingkat Sekolah Dasar adalah 30 jam per minggu untuk kelas I, 32 jam untuk kelas II, 34 jam untuk kelas III, dan 36 jam untuk kelas IV, V, VI. Berdasar perbedaan jumlah jam belajar antara siswa Finlandia dan Indonesia di atas, ditambah lagi minimnya jam istirahat, maka dapat dikatakan bahwa siswa di Indonesia khususnya siswa SD memiliki beban belajar yang cukup berat. Selain beban mengajar yang lebih pendek, sekolah di Finlandia juga tidak memberikan pekerjaan rumah untuk muridnya. Kalaupun ada, adalah pekerjaan rumah yang dapat ia selesaikan sendiri tanpa bantuan orang tua. Bagi guru-guru Finlandia, hal yang bijaksana adalah memberi seminimal mungkin pekerjan rumah yang diperlukan, sehingga siswa bisa me-recharge tenaga dan pikiran selama di rumah. Di Indonesia, hal ini dapat diterapkan. Dengan beban jam belajar yang sudah cukup panjang, sebenarnya tidak perlu ada pekerjaan rumah lagi untuk murid-murid. Guru-guru Finlandia pulang tepat waktu dan tidak membawa pekerjaan sekolah ke rumah. Ini mematahkan pemikiran awal Walker bahwa semakin lama jam kerja, semakin sukses ia sebagai guru. Ia menghabiskan banyak waktu untuk membuat 6 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 persiapan mengajar dengan sempurna dan mendekorasi kelas. Metode kerja Walker sebelumnya yang non stop justru membuatnya kelelahan dan berpikir untuk meninggalkan profesinya sebagai guru. Ia bekerja keras, namun tidak bekerja cerdas. Pada akhirnya Walker menilai teman-teman guru di Finlandia yang bergegas pulang saat jam kerja berakhir menggambarkan pribadi yang bijaksana karena mereka mampu membatasi jam kerja mereka. Membatasi jam kerja ini penting untuk mengembalikan tenaga dan pikiran yang segar. Untuk menciptakan kegembiraan di kelas, Walker menyarankan untuk mematahkan penilaian pada berapa lama guru mengajar. Jam kerja yang terlalu banyak akan membuat cemas, tertekan, dan akhirnya kesulitan membuat suasana kelas yang membahagiakan. Batasan kapan harus bekerja dan kapan harus beristirahat harus selalu terjaga. Untuk jumlah jam belajar, sudah ada peraturan final dan sekolah tidak bisa merubah jumlah tersebut, kecuali menambahnya. Sedangkan untuk minimnya pekerjaan rumah, di Indonesia tidak ada aturan khusus mengenai hal tersebut. Artinya, jika guru ingin meminimalkan atau meniadakan pekerjaan rumah untuk siswa, sangat mungkin dilakukan. Berikutnya, mengenai kebiasaan guru-guru Finlandia yang tidak membawa pekerjaan sekolah ke rumah, apakah dapat diterapkan oleh guru-guru di Indonesia? Peraturan Menteri Permen Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah, pada pasal 3 mengatur 1 Hari Sekolah digunakan oleh Guru untuk melaksanakan beban kerja Guru. 2 Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi a. merencanakan pembelajaran atau pembimbingan; b. melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan; c. menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan; d. membimbing dan melatih Peserta Didik; dan e. melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuaidengan beban kerja Guru. Sesuai bunyi pasal 3 tersebut, maka seharusnya semua tugas-tugas keguruan diselesaikan dalam hari sekolah yang telah ditetapkan selama 40 jam dalam sepekan. Artinya, jika guru konsisten dengan aturan ini, maka tidak perlu membawa pulang pekerjaan-pekerjaan sebagai guru. Permasalahannya adalah apakah waktu 40 jam tersebut telah sebanding dengan beban kerja guru, apakah telah cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban guru yang disyaratkan dalam pengembangan karir, seperti meneliti, membuat karya ilmiah, mengikuti seminar/pelatihan, dan sebagainya? Untuk menyelesaikan beban kerja guru di hari sekolah sebagaimana disebutkan pasal 2 di atas, sangat mungkin dilakukan, sehingga guru tidak perlu membawa pekerjaan sekolah ketika di rumah. Namun setiap guru memiliki kemampuan dan kecepatan kerja yang berbeda-beda, dibutuhkan pembiasaan yang cukup lama untuk menerapkan hal tersebut. Strategi 4 Masuk ke alam liar Salah satu komitmen sekolah di Finlandia adalah sekolah berbasis lingkungan. Bermain ski lintas alam, memancing di kolam, bermain kereta luncur, pergi ke hutan, kemah, dan berbagai kegiatan di alam menjadi kegiatan rutin bagi siswa sekolah dasar di Finlandia di bawah pengawasan guru. Anak-anak dapat belajar berbagai konsep IPA, matematika, dan konsep pelajaran lainnya melalui kegiatan menjelajah alam ini. Kondisi geografis Finlandia yang hampir seluruhnya tertutup pohon dan danau mendukung program ini. Pembelajaran di alam tersebut didukung oleh fakta bahwa kegiatan sains dibangun di atas keajaiban dan pertanyaan anak-anak sendiri serta keingintahuan mereka terhadap dunia di sekitarnya Brostrom, 2015, Meningkatnya fungsi kognitif, menurut Louv 2008, selama bertahun-tahun diyakini terkait erat dengan pembelajaran berbasis lingkungan. Alam juga dapat menjadi penangkal obesitas dan kelebihan berat badan pada anak, serta memberi manfaat psikologis dan kesehatan fisik lainnya Walker, 2016, . Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi7Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 Untuk sekolah-sekolah yang berada di perkotaan, mungkin mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan jelajah alam. Menurut Walker, kita dapat memikirkan berbagai tingkatan untuk kegiatan ini. Dimulai yang paling sederhana misalnya adalah meletakkan beberapa jenis hewan dan tumbuhan di dalam kelas atau di ruang-ruang belajar. Menanam kentang di beberapa titik untuk kegiatan metode ilmiah, memelihara kecebong untuk belajar metamorfosis katak, dan mempelajari air kolam melalui mikroskop. Tingkatan berikutnya bisa dengan mengajak siswa keluar kelas dan mempelajari habitat yang ada di sekitar sekolah., kemudian melakukan observasi atas objek-objek alam yang ditemui seperti batu, tanah, buah, pohon, daun, serangga, dan lainnya. Strategi ini sangat mungkin dilakukan di Indonesia dan telah banyak sekolah-sekolah yang menerapkannya. Strategi ini juga bersesuaian dengan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kurikulum 2013 pasal 2 ayat 7 sampai 9 yang berbunyi sebagai berikut 7 Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat 3 menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan. 8 Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat 7 merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran a. mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi/mencoba; d. menalar/mengasosiasi; dan e. mengomunikasikan. 9 Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat 8 dapat dikembangkan dan digunakan dalam satu atau lebih pertemuan. Ayat 7 hingga 9 dalam pasal 2 di atas memberikan penjelasan bahwa dalam Kurikulum 2013, mengutamakan pendekatan saintifik dengan urutan logis seperti disebutkan dalam ayat 8. Untuk dapat melaksanakan pendekatan saintifik ini, penggunaan alam liar, alam sekitar atau setidaknya komponen alam yang dibawa ke dalam kelas sangat diperlukan untuk mendukung proses mengamati, menanya, hingga mengkomunikasikan. B. Rasa Dimiliki Strategi 5 Merekrut tim kesejahteraan Maksud dari strategi ini adalah memelihara hubungan baik dengan rekan kerja dan dengan berbagai profesional lain untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Sekolah Dasar Helsinki memprioritaskan hubungan antar-rekan kerja. Guru-guru Finlandia memiliki lebih banyak waktu untuk saling berinteraksi. Hal ini berhubungan dengan pandangan bahwa mengajar adalah sebuah usaha kolaboratif. Rasa dimiliki akan muncul ketika kita secara kontinyu berinteraksi dengan rekan kerja. Dalam rangka membangkitkan rasa dimiliki ini, Walker merekomendasikan apa yang telah dilakukan di sekolahnya yaitu membentuk student welfare team tim kesejahteraan siswa. Melalui tim ini guru menjalin kerjasama dengan para profesional sekolah lain, perawat, pekerja sosial, psikologi, guru pendidikan khusus, dan pihak-pihak terkait yang diperlukan. Dalam tim ini membahas kebutuhan individual di kelas masing-masing. Hal yang menarik dari kegiatan ini adalah setelah pulang, guru akan merasa tidak sendiri dalam mengatasi permasalahan anak didiknya. Sekolah-sekolah di Indonesia sudah banyak yang menjalin kerjasama dengan para profesional lain, terutama profesional di bidang medis untuk pelayanan kesehatan siswa dan psikologi untuk pelayanan psikologi siswa. Langkah yang masih jarang dilakukan yaitu menjalin kerjasama tim dengan guru-guru di sekolah lain untuk sharing permasalahan individual siswa pada masing-masing sekolah. Strategi 6 Mengenal setiap anak Salah satu kebijakan sekolah di Finlandia adalah mendampingi siswa dengan 8 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 guru kelas yang sama hingga sebelum naik kelas 5. Manfaat dari kebijakan ini yaitu adanya kedekatan yang lebih antara siswa dengan guru mereka, mudah menyesuaikan pada saat memulai tahun ajaran baru, dan guru lebih memahai keunikan-keunikan masing-masing siswa. Untuk lebih mengenal siswa, Walker melakukan beberapa teknik, yaitu a. Berdiri di depan pintu dan menyapa mereka satu per satu sambil jabat tangan, fist bumps atau high fives saat memasuki kelas. Momen singkat di depan pintu kelas ini memberikan rasa ceria dan rasa dimiliki pada setiap siswa. b. Morning circle, yaitu anak-anak membentuk lingkaran lalu berbagi cerita di pagi hari. Mereka saling menyalami satu sama lain dan menyanyikan lagu sapaan pagi. Kegiatan singkat berupa morning circle ini, menurut Walker lebih efektif untuk menanamkan perasaan yang menyenangkan dalam satu komunitas kelas daripada berusaha memperkuat hubungan individual antara guru dan murid. c. Makan siang bersama murid. Selama makan siang, guru-guru memang diminta untuk mengawasi murid-murid. Sehingga momen ini digunakan Walker untuk menjalin hubungan secara personal dengan murid-muridnya. Bertukar makanan dengan murid dan bergantian duduk dengan kelompok murid yang berbeda setiap minggunya. Meskipun istirahat makan siang ini hanya 20 menit, ini memberi cukup waktu untuk bercakap-cakap dan bercanda dengan siswa. Hal ini juga sekaligus bermanfaat untuk memodelkan percakapan santai namun penuh hormat, kebiasaan makan yang baik, dan hal-hal baik lain untuk siswa. d. Kunjungan ke rumah murid. Kegiatan ini meskipun mengorbankan banyak waktu, namun banyak pula memberikan manfaat. Kita dapat menanyakan apa saja kesulitan yang dialami oleh murid maupun orang tua, berkeliling rumah sambil menanyakan apa saja yang berarti bagi mereka, mendengar pemahaman tiap orang tua terhadap anak-anaknya, juga harapan mereka pada tahun ajaran berikutnya. Salah satu manfaat dari kunjungan rumah ini menurut Walker adalah memberikan sinyal kepada murid dan orang tua atau wali bahwa kita peduli dan ingin mengenal setiap anak. Kebijakan untuk menugaskan guru kelas yang sama pada satu kelas hingga sebelum kelas 5 dapat diterapkan di Indonesia. Akan tetapi kita perlu mempertimbangkan juga baik sisi positif maupun negatif. Sisi positifnya, guru akan lebih mengenal keunikan dan permasalahan tiap siswa sehingga tidak perlu waktu lama untuk melakukan penyesuaian di tahun ajaran berikutnya. Sisi negatifnya yaitu berhubungan dengan karakter dan profesionalitas guru yang berbeda-beda. Kelas yang didampingi guru dengan kualitas dan profesionalitas tinggi tentu tidak masalah jika tetap mendampingi hingga kelas 5. Akan tetapi jika terdapat kelas yang didampingi oleh guru yang masih perlu banyak bimbingan, maka mempertahankan untuk mendampingi kelas yang sama hingga 5 tahun bukanlah pilihan yang bijak. Strategi 7 Bermain dengan murid-murid di awal tahun ajaran baru Awal tahun ajaran baru biasanya guru akan menyiapkan sedetail mungkin rencana pembelajaran untuk beberapa pertemuan di awal tahun. Di Finlandia, awal tahun ajaran baru dimulai dengan hal yang berbeda dengan kebanyakan sekolah. Para guru tidak terlihat sibuk mempersiapkan segala perlengkapan dan administrasi mengajar. Bahkan sehari sebelum sekolah dimulai, Walker bertemu dengan rekannya dan terkejut ketika guru tersebut sama sekali belum memutuskan apa yang akan dilakukan dalam pembelajarannya untuk satu minggu ke depan. Hal ini ternyata tidak hanya satu orang guru tersebut, guru-guru lain juga tidak menggunakan liburan musim panasnya untuk menyiapkan rencana pembelajaran dengan lengkap. Mungkin bagi sebagian orang, guru-guru Finlandia yang sangat terlatih tersebut tampak sebagai guru yang tidak memiliki persiapan. Apa yang tampak sebagai hal yang tidak siap dari para guru Finlandia itu ternyata memiliki tujuan tersendiri. Hari pertama sekolah digunakan siswa untuk mengobrol tentang liburan musim panas, bermain, dan olah raga bersama. Dalam kurun waktu itu, Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi9Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 guru tidak membagikan buku paket atau pun pekerjaan rumah. Guru-guru Finlandia ingin memulai tahun ajaran baru di sekolah dengan sedikit mungkin tekanan. Mereka memainkan berbagai permainan bersama murid, membaur, dan menikmati hubungan yang menyenangkan dengan murid-murid. Guru dan murid hanya masuk setengah hari dan kelas normal baru dimulai seminggu sesudahnya. Pendidik Finlandia menyadari bahwa struktur kelas, yang biasanya dimulai dengan membuat peraturan, menentukan rutinitas dan prosedur memang perlu dilakukan, namun mereka lebih menekankan pentingnya lingkungan awal pembelajaran yang menyapa, tanpa banyak tekanan. Strategi di atas dapat diterapkan di Indonesia dengan beberapa persyaratan kondisi. Sekolah, terutama sekolah negeri terikat aturan jam sekolah selama 8 jam sehari, sehingga untuk memulangkan siswa lebih awal harus ada keputusan, pemberitahuan atau izin dari pihak-pihak yang berwenang. Namun demikian, sekolah dapat mengisi kegiatan sekolah di awal tahun ajaran baru dengan kegiatan permainan/team building seperti telah dipaparkan oleh Walker. C. Merayakan pembelajaran Strategi 8 Mengejar mimpi kelas Maksud dari strategi ini adalah membuat keputusan bersama untuk mencapai mimpi-mimpi, atau hal tertentu yang menjadi cita-cita bersama. Misalnya adalah kegiatan study tour, kegiatan kemah bersama, proyek pembuatan album musik, atau yang lainnya. Mimpi kelas bisa sebesar apa pun yang diinginkan siswa dan guru, namun yang terpenting adalah disepakati bersama dan harus realistik. Strategi ini sangat mungkin dilakukan di Indonesia dan telah banyak guru-guru yang melakukannya. Strategi 9 Menghapus bullying Finlandia memiliki program anti bullying yang disebut KiVa, singkatan dari kiusaamista vastaan, yang berarti melawan bullying. Program ini diterapkan pada 90% sekolah Finlandia. KiVa meningkatkan kesukaan dan motivasi sekolah serta berkontribusi terhadap pengurangan kecemasan, depresi, dan persepsi negatif teman sebaya secara signifikan Salmivalli & Poskiparta, 2012, p. 294. Prosedur KiVa secara ringkas, sesuai penjelasan Walker, yaitu a. Pengaduan Misalnya terdapat konflik antara 2 kelompok murid yang mengarah pada bully, maka murid yang merasa di-bully tersebut dapat membuat pengaduan atau meminta suatu pertemuan KiVa dengan guru. Selain murid yang terlibat, pengamat seperti guru atau teman kelas juga dapat membuat pengaduan. Kemudian guru bersama dengan murid mengisi formulir yang di dalamnya menjelaskan kejadian secara singkat, dan menyepakati waktu dan tempat untuk negosiasi. b. Monitor oleh Tim KiVa Formulir akan di follow up oleh tim Guru KiVa. Tim tersebut melibatkan fasilitator yaitu murid yang lebih tua yang telah dilatih untuk menangani konflik. c. Penyelesaian konflik Selama sesi penyelesaian konflik, kedua belah pihak bercerita dari sudut pandang amsing-masing. Fokus awal adalah mendengarkan penjelasan dari masing-masing pihak. Selanjutnya para fasilitator bertanya kepada setiap pihak untuk merefleksi dan mengevaluasi perilaku mereka. Arah dari penyelesaian konflik ini adalah bahwa para murid akan mengidentifikasi solusi yang mungkin untuk mencegah atau menyelesaikan konflik. Setelah salah satu pihak berjanji untuk melakukan sebuah strategi pencegahan, yang ditulis oleh fasilitator KiVa, maka pertemuan dapat dikatakan selesai. d. Pertemuan lanjutan untuk follow up Dua minggu berikutnya, saat peninjauan ulang, jika masalah tetap ada, maka protokol tambahan akan dilakukan dan orang tua diberitahu. 10 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 Program KiVa ini sangat mungkin diterapkan di Indonesia. Bullying menjadi permasalahan pendidikan di Indonesia yang perlu segera memperoleh penyelesaian. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP Zakiyah, dkk., 2017, p 129. Strategi 10 Berkawan Berkawan yang dimaksud disini adalah menjalin komunikasi dengan kelas lain, terutama kelas di bawahnya, misalnya antara kelas 6 dengan kelas 1. Berkawan antar kelas pada jenjang yang berbeda ini memiliki beberapa manfaat, antara lain menumbuhkan rasa dimiliki dalam diri anak-anak kelas yang lebih muda. Contohnya siswa kelas 6 membentuk tim dengan kelas 1, kemudian membimbing anak kelas 1 tersebut. Murid yang lebih tua mengajari adik-adik kelasnya menyelesaikan tugas. Paula Havu, seorang teman Walker menjelaskan pengalamannya tentang sistem kawan ini. Menurut Paula, siswa yang lebih tua, meskipun mereka masih tergolong remaja, saat mereka diberi tanggung jawab dan diberi kepercayaan, mereka mendapat teman kecil yang dipasangkan dengan mereka, mereka menjadi berubah. Siswa yang lebih tua tidak perlu begitu tangguh, hanya perlu menjaga teman kecilnya dan menjadi panutan. Strategi membuat kolaborasi atau pendampingan siswa kelas 1 oleh siswa kelas 6 tersebut menarik untuk diterapkan di kelas-kelas di Indonesia. Hal sederhana, namun memiliki efek yang cukup signifikan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, empati, dan kekeluargaan. Pemasangan kelas dapat diubah-ubah misalnya antara kelas 2 dengan kelas 4, kelas 1 dengan kelas 5, dan seterusnya. Perlu diperhatikan juga faktor jenis kelamin dalam strategi berkawan ini, jika terdiri atas dua orang, diutamakan untuk memasangkan murid dengan jenis kelamin yang sama. D. Kemandirian Awal mengajar di Finlandia, Walker mengira pada jam pulang sekolah guru-guru akan mengantar murid mereka ke pintu keluar tempat anak-anak akan naik kendaraan atau dijemput oleh orang dewasa. Namun ternyata ia mendapatkan pemandangan lain. Hasil survei Walker di kelasnya, yaitu siswa kelas 5, sebanyak ¾ siswanya mengatakan bahwa ia menuju sekolah dan pulang ke rumah sendiri tanpa dijemput. Mereka ada yang naik kereta bawah tanah, trem, dan sisanya berjalan atau bersepeda. Seorang murid kelas 2 yang dijumpai Walker, ia berjalan kaki saat pulang sekoah menuju rumah sejauh sekitar 1 kilometer melalui pusat ibu kota kota Finlandia. Saat sampai di rumah, seringkali tidak ada orang, namun bukan menunggu atau bermain gadged yang ia lakukan. Ia akan menyelesaikan pekerjaan rumah jika ada, dan membuat sendiri snack kesukaannya. Saat Walker menceritakan hal tersebut pada muridnya di kelas 5, tanggapan murid menunjukkan bahwa hal tersebut adalah hal yang sangat biasa bagi mereka. Bahkan diantara mereka ada yang sudah pulang pergi ke sekolah sendiri sejak sebelum TK. Anak-anak Finlandia terbiasa dengan kehidupan sehari-hari yang mandiri. Ia mampu mengarahkan dirinya sendiri sebagai pelajar. Mereka justru terlihat bersemangat dan bahagia ketika mereka diberikan kebebasan untuk mengembangkan kemandirian. Kemandirian pelajar adalah hal penting yang membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran mereka Al-Khawlani, 2018, p. 122. Di Indonesia, sebagian besar siswa Sekolah Dasar berangkat dan pulang dengan diantar/dijemput oleh orang tuanya atau orang yang lebih dewasa. Situasi transportasi, jalanan, dan keamanan di Indonesia tentu berbeda dengan di Finlandia. Bagi orang tua di Indonesia, untuk membiasakan anak Sekolah Dasar berangkat dan pulang sekolah sendiri mungkin perlu memperhatikan jarak dan keamanan anak selama di perjalanan. Kasus-kasus penculikan, pencabulan, pemerkosaan, dan bahaya lainnya seringkali menjadi faktor pertimbangan orang tua untuk tidak membiarkan siswa berangkat dan pulang sekolah sendiri. Strategi 11 Mulai dengan kebebasan Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi11Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 Awalnya Walker meyakini teori pemberian tanggung jawab secara bertahap, hingga ia siap diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Selama bertahun-tahun ia berusaha mengendalikan sendiri kegiatan kelasnya utnuk beberapa pembelajaran tertentu. Namun ketika ia mengajar di Finlandia, teori ini ia rasa tidak sesuai. Murid kelas 5 di Finlandia terlihat begitu mandiri dan bersemangat ketika diberi kebebasan. Walker pun mulai membalik filosofi, tidak lagi membatasi pelepasan tanggung jawab secara bertahap. Ia tidak lagi memulai dengan larangan yang signifkan, tetapi memulai dengan kebebasan yang signifikan. Hasil dari pemikiran Walker ini pun cukup mengesankan. Murid-murid kelas 5 mampu menggalang sendiri dana Kemah yang cukup besar dengan ide mereka sendiri yaitu menjual kue. Mereka memulai sendiri, membawa perabotan, memasak, membuat iklan, menentukan harga dari semua dagangan. Semua berjalan tanpa arahan dari Walker, dan ternyata penjualan kue itu sukses. Bukan hanya karena murid-murid mampu menggalang dana yang cukup besar, namun karena mereka telah menunjukan pencapaian kemandirian ketika diberikan kesempatan atau kebebasan untuk mandiri. Di lain kesempatan, ketika Walker menerima surel dari salah satu murid yang mengusulkan agar kelas mereka membuat web site yang diberi nama Kahoot!, awalnya Walker skeptis dengan usulan itu. Meskipun skeptis, namun Walker mencoba untuk mengajak mereka berdiskusi. Kemudian dipimpin oleh seorang siswa yang erama kali mengusulkan, para murid kelas 6 secara mandiri merancang web site kuis Kahoot!, yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi salah satu mata pelajaran. Meskipun minim pengawasan dari Walker, akan tetapi siswa berhasil dengan baik menciptakan web site kuis tersebut, mencoba bermain, dan mereka memperoleh kegembiraan dari permainan itu. Jika sebelumnya Walker tidak mengizinkan usulan siswa membuat website tersebut, mungkin Walker tidak akan melihat apa yang bida dicpai oleh siwa-siswanya. Pelajaran berharganya adalah bahwa Walker menyaksikan sebuah nilai dari tidak memberikan kekangan dan mengajak siswa untuk memikul tangguung jawab lebih banyak sedari awal. Strategi ini sangat mungkin kita terapkan di kelas-kelas Indonesia, terutama untuk siswa Sekolah Dasar kelas atas 4,5 dan 6, dan jenjang di atasnya. Untuk mendukung terlaksananya pendekatan saintifik seperti diamanatkan dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kurikulum 2013 pasal 2, penugasan-penugasan berupa proyek sederhana yang lebih membebaskan siswa untuk berkreasi sangat diperlukan. Misalnya saja proyek pembuatan penyaring air untuk mengatasi kekurangan air jernih di daerah tertentu, proyek pengolahan sampah untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat sampah, proyek pembuatan media animasi untuk mata pelajaran mereka, dan proyek-proyek sederhana lainnya. Strategi 12 Buat rencana bersama siswa Anda Seringkali pembelajaran yang dilaksanakan di kelas adalah murni direncanakan dan disiapkan oleh guru. Guru yang sepenuhnya memegang kendali atas aktivitas di kelas. Untuk menghadirkan kemandirian dan rasa tanggung jawab, merencanakan kegiatan belajar bersama dengan murid merupakan pilihan yang bisa dilakukan untuk beberapa pertemuan. Ketika guru melibatkan siswa dalam perencanaan pelajaran dan penyampaian materi, maka kepemilikan pembelajaran yang sebenarnya dapat menjadi hasil yang positif Diffenbaugh, 2014, Pelibatan murid dalam penyusunan rencana kegiatan pembelajaran akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam diri murid. Mereka akan lebih bersemangat melaksanakannya karena merasa terlibat dalam pembuatan rencana. Namun tidak semua kegiatan perencanaan pembelajaran dapat dilakukan bersama dengan murid. Kita dapat sesekali waktu mengajak murid untuk bersama-sama merancang kegiatan belajar misalnya tentang rencana pengamatan pertumbuhan biji jagung, 12 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 rencana melakukan wawancara dengan pembuat kue, dan lain-lain. E. Penguasaan Sudah bukan berita baru lagi bahwa Finlandia menduduki peringkat tertinggi saat hasil PISA pertama kali diluncurkan tahun 2001. Finlandia memperoleh skor tertinggi pada ketiga area akademik, yaitu membaca, matematika, dan IPA. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa-siswa Finlandia memiliki tingkat penguasaan yang baik untuk area tersebut. Menurut Walker, untuk menjadi bahagia, salah satu hal mendasar yang harus kita miliki adalah perasaan kompeten dalam area tertentu, dalam bidang apa pun. Strategi 13 Ajarkan hal-hal mendasar Fokus pembelajaran di kelas-kelas Finlandia adalah mengajarkan hal-hal mendasar. Jam pelajaran yang singkat di Finlandia akan sangat tidak efektif jika digunakan untuk berbagai rencana pembelajaran yang terlihat hebat tetapi sebenarnya tidak mendasar. Agar tidak melenceng dari hal-hal mendasar maka penting untuk memperhatikan dan mengikuti kurikulum. Penggunaan buku pegangan menjadi sebuah tradisi di kelas-kelas Finlandia. Melalui materi dalam buku pegangan ini, mereka mampu mengukur sejauh mana unit dan pelajaran mereka telah disampaikan. Bagaimana dengan Kurikulum di Indonesia? Sudahkah mengajarkan hal-hal mendasar? Contoh paling sederhana yaitu, siswa kelas 1 SD, di semester pertama, mereka harus mampu membaca. Jika tidak bisa membaca, maka dapat dipastikan akan kesulitan membaca buku tematik yang menjadi pegangan utama siswa dalam Kurikulum 2013. Saat anak-anak masuk pra sekolah, tidak diperkenankan ada pelajaran membaca. Pra sekolah adalah usia di mana siswa belajar dalam permainan. Lalu kapan siswa diberi kesempatan untuk belajar membaca agar dapat membaca halaman demi halaman buku tematik kelas 1SD? Ini membuktikan bahwa kelas 1 SD tidak mengajarkan hal-hal mendasar. Kurikulum 2013 disusun untuk memperbaiki karakter peserta didik. Namun pada kenyataannya siswa kelas awal SD dibebani dengan berbagai ulangan dan ujian yang cenderung kognitif, pekerjaan rumah, dan materi pembelajaran yang padat. Karakter adalah hal mendasar pada pendidikan dasar, terutama kelas-kelas awal. Jika pendidikan kita konsisten dengan pengembangan pendidikan karakter, maka kelas 1 SD tidak perlu ada 8 pelajaran tematik dan ujian-ujian yang mengikutinya, cukup dengan belajar membaca, berhitung tingkat awal, dan yang terpenting adalah rutinitas penanaman karakter. Rutinitas penanaman karakter ini dapat berupa membersihkan kelas dan lingkungan sekolah, berkebun, menyiapkan makanan untuk diri sendiri dan teman-temannya, membersihkan sendiri peralatan makan, memelihara hewan secara berkelompok, dan lain sebagainya. Semua tanpa ujian, hanya perlu pengukuran oleh guru sebagai bahan evaluasi sejauh mana penanman karakter telah berhasil. Sehingga untuk strategi mengajarkan hal mendasar ini dapat diterapkan dalam kelas-kelas di Indonesia saat ini, tetapi sangat terbatas. Startegi 14 Menggunakan buku pegangan Penggunaan buku pegangan mungkin terasa sangat biasa dalam pembelajaran. Namun Walker ingin menekankan bahwa penggunaan buku pegangan ini meski terlihat hal yang sederhana namun penting agar kita tetap fokus pada apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Walker menceritakan bahwa buku pegangan yang digunakan oleh guru-guru Finlandia adalah buku kurikulum komersil dirancang oleh perusahaan penerbit. Menurutnya, di Amerika penggunaan buku kurikulum komersil ini kurang diminati, namun di Finlandia, guru-guru memiliki pandangan yang positif terhadap kurikulum komersil. Kurikulum membantu mereka tetap fokus pada konten yang penting, tidak terlalu cepat atau lambat, dan meringankan beban perencanaan, sehingga , mereka tidak perlu mempersiapkan unit pelajaran dari nol. Strategi ini sudah sangat melekat pada kelas-kelas di Indonesia. Dalam Kurikulum 2013, bahkan sudah lengkap ada buku guru dan buku siswa pada setiap jenjang. Namun permasalahannya Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi13Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 adalah buku pegangan ini justru seringkali membatasi kreatifitas dan inisiatif guru karena hanya terpaku pada apa yang ada di dalam buku pegangan, tanpa melihat konteks keseharian siswa pada tiap daerah. Strategi 15 Manfaatkan teknologi Di Helsinki, sekolah tempat Walker mengajar, memiliki dua buah Laboratorium komputer sekolah untuk digunakan bersama antara guru dengan 450 siswa. Ini di luar ekspektasi Walker. Sebelumnya, Walker pernah menjadi guru komputer di sebuah kompleks yang terdiri dari 4 sekolah dasar di lingkungan perkotaan miskin di Massachusetts. Meskipun sekolah tersebut tidak memiliki dana yang cukup, namun memiliki Lab Mac yang menakjubkan dengan sekitar 25 komputer baru di tiap sekolah. Setiap beberapa tahun sekali komputer ini akan diperbarui. Laboratorium pertama di Helsinki yang dikunjungi Walker, memiliki sekitar 20 laptop , yang menurut penuturan Walker, tampaknya telah dibeli 10 tahun sebelumnya. Di dalam Laboratorium tersebut juga ada papan tulis yang digunakan untuk menuliskan laptop mana yang rusak. Di Laboratorium kedua, hampir sama keadaannya, memiliki sekitar 25 komputer yang terlihat perlu segera diganti. Situasi sekolah Finlandia seperti diceritakan Walker di atas menunjukkan bahwa sekolah Finlandia cukup meyadari pentingnya teknologi, namun integrasi teknologi bukanlah sebuah hal utama. Mereka menggunakan teknologi sesuai apa yang dibutuhkan. Tidak ada tenaga ahli Informasi Teknologi khusus yang dipekerjakan full time. Guru-guru diharapkan dapat memanfaatkan teknologi sejauh yang diperlukan, dan jika ada kerusakan atau permasalahan, mereka diarahkan untuk menghubungi guru-guru lain yang lebih paham teknologi. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development OECD, 2015, pada tahun 2012, 96% dari siswa berusia 15 tahun di negara-negara OECD melaporkan memiliki komputer di rumah, tetapi hanya 72% melaporkan menggunakannya di sekolah. Secara keseluruhan, siswa yang menggunakan komputer secara moderat di sekolah cenderung memiliki hasil belajar yang agak lebih baik daripada siswa yang jarang menggunakan komputer. Tetapi siswa yang menggunakan komputer sangat sering di sekolah jauh lebih buruk, bahkan setelah memperhitungkan latar belakang sosial dan demografi siswa. Laporan OECD ini memberikan dukungan bahwa penggunaan teknologi di sekolah akan lebih baik jika secukupnya sesuai kebutuhan. Strategi pemanfaatan teknologi ini, di Indonesia, masih mengalami banyak kendala. Terjadi gap antara sekolah-sekolah di perkotaan dengan sekolah-sekolah di pedalaman. Kondisi geografis, keuangan negara, dan sosial ekonomi masyarakat di Indonesia tentu berbeda dengan Finlandia. Sehingga belum semua sekolah di Indonesia mampu menyediakan teknologi yang mencukupi untuk kegiatan pembelajaran. Strategi 16 Memasukkan musik Bersama murid kelas 5 Helsinki, Walker membawa musik hip hop ke dalam kelas ketika mereka mempelajari elemen suatu cerita pelajaran bahasa Inggris dan siklus air pelajaran IPA. Jika lagu yang tepat dipilih, belajar bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan mengesankan Dzanic & Pejic, 2016, p. 41. Strategi ini juga sudah banyak dilakukan oleh guru-guru di Indonesia. Dari seluruh strategi pembelajaran Finlandia yang telah dibahas di atas, terdapat strategi-strategi yang sudah diterapkan di Indonesia, strategi yang belum atau masih jarang namun perlu diterapkan di Indonesia, dan strategi yang sulit diterapkan di Indonesia. Strategi yang belum atau masih jarang, dan dirasa sesuai dengan kebutuhan di Indonesia ini lah yang perlu untuk diterakan di kelas-kelas sekolah Indonesia. SIMPULAN Berdasar bahasan di atas, maka simpulan yang dapat diambil yaitu 14 – Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 1. Strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sudah banyak diterapkan di sekolah Indonesia, yaitu; masuk ke alam liar, merekrut tim kesejahteraan, mengejar mimpi kelas, menggunakan buku pegangan, menggunakan teknologi, dan memasukkan musik. 2. Strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang dapat belum diterapkan, atau sudah diterapkan tetapi masih jarang, dan perlu diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; belajar sambil bergerak, recharge sepulang sekolah, mengenal setiap anak, bermain dengan murid terutama di awal tahun ajaran baru, menghapus bullying dengan program tertentu, berkawan, mulai dengan kebebasan, membuat rencana pembelajaran bersama siswa, dan mengajarkan hal-hal mendasar. 3. Strategi dari pembelajaran di sekolah Finlandia yang sulit diterapkan di sekolah Indonesia yaitu; jadwal istirahat otak. Berasar simpulan di atas, saran yang dapat diberikan yaitu 1. Kelompok strategi sebagaimana tertulis dalam simpulan ke-2 di atas adalah strategi yang perlu untuk diterapkan di kelas-kelas sekolah Indonesia, sehingga diharapkan guru-guru dapat mencoba bereksplorasi dengan strategi-strategi tersebut. 2. Meskipun jadwal atau jam istirahat otak 15 menit setiap 45 menit sulit untuk diterapkan di Indonesia, namun diharapkan guru-guru dapat mensiasatinya dengan tidak menambahkan banyak pekerjaan rumah bagi siswa. DAFTAR PUSTAKA Al-Khawlani, A. 2018. The Influence of the Learning Environment on Learner Autonomy A comparative Study of Polish and Yemeni EFL Undergraduate Learners. Sino-US English Teaching, March 2018, Vol. 15, No. 3, pp. 109-124. Doi Bostrom, S. 2015. Science in Early Childhood Education. Journal of Education and Human Development, June 2015, Vol. 4, No. 21, pp. 107-124. DOI Brez, C., & Sheets, V. 2017. Classroom Benefits of Recess. Learning Environments Research. An International Journal, vol 16 2 p 1-15. DOI Diffenbaugh, M. 2014. Tips and Tools for Involving Students in Lesson Planning and Content Delivery. EdSurge, Nov 16, 2014. Diakses tanggal 22 Juni 2019, dari Dzanic, & Pejic, A. 2016. The Effect of Using Songs on Young Learners and Their Motivation for Learning English. An Interdisciplinary Journal, Volume 1, Issue 2, October 2016 pp. 40-54. Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemdikbud. 2017. Peraturan Menteri Permen Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah Louv, R. 2008. Last Child in The Woods Saving Our Children From Nature-Deficit Disorder. Chapel Hill, NC Algonquin Books. Moleong, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja Rosdakarya Morgan, M., & Kitching, K. 2007. Teaching in Disadvantaged School Job Satisfaction of Beginning Teachers. In A. L. Gilligan, & P. Downes Eds., Educational Disadvantage in Ireland pp. 367- Penerapan proses pembelajaran di Finlandia... Suciyati, Alfi15Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi Volume 7, Nomor 2, Desember 2019 378. Dublin Institute of Public Administration. Moses, 2016. Stress Management and Teachers’ Productivity in Cameroon Lessons from Momo Division. Journal of Education and Practice, 2016 pp 72-82. OECD Organization for Economic Cooperation and Development. 2015. Edisi 15 September 2015. New approach needed to deliver on technology’s potential in schools. Diakses 22 Juni 2019 dari Pellegrini, & Bohn, 2005. The Role of Recess in Children’s Cognitive Performance and School Adjustment. Educational Researcher. Research News and Comment. Educational Researcher 341 pp 13-19. DOI Salmivalli, C. & Poskiparta, E. 2012. KiVa Antibullying Program Overview of Evaluation Studies Based on a Randomized Controlled Trial and National Rollout in Finland. International Journal of Conflict and Violence Vol 6 2, pp 294-302. Walker, T. 2015. Finnish Schools are on The Move – and America’s Need to Catch Up. The Atlantic. Diakses pada 20 Juni 2019 dari Walker, T. 2016. Kindergarten, Naturally. The Atlantic. Diakses pada 21 Juni dari Walker, 2017. Teach Like Finland. 33 Simple Strategies for Joyfull Clasrooms. London Norton & Company, Inc. Yusuf, F. A., Olufunke, Y. R., & Valentine, M. D. 2015. Causes and Impact of Stress on Teachers’ Productivity as Expressed by Primary School Teachers in Nigeria. Creative Education, 6, pp 1937-1942. Zakiyah, Humaedi, S., dan Santoso, 2017. Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM Vol 4, No. 2 Juli 2017 Hal 129 -389. ... Selain Finlandia, negara Jepang juga memiliki penguasaan literasi yang sangat baik. Negara tersebut memiliki budaya membaca buku selama sepuluh menit bagi siswa sebelum masuk ke kelas Johnson, 2022;Suciyati, 2019. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama. ...Bambang AriyantoRahmad SyaifudinMisrodin MisrodinAlexis Arizabal EnriquezThe article was to determine the effect of the school literacy movement on the reading skills of the students at State Elementary School 1BrajaYekti. This type of research was ex post facto. The sample of this research was 104 students. The sampling technique used random sampling. Analysis of the data used analysis prerequisite test consisting of normality test and linearity test, as well as the final analysis test consisting of simple regression test, simple correlation test, and coefficient of determination test. The results showed that There was a positive and significant influence between the school literacy movement on reading interest as indicated by the value of tcount > ttable was a positive and significant effect between the school literacy movement on reading skills as indicated by the value of tcount > ttable magnitude of the influence of the school literacy movement on reading interest was magnitude of the influence of the school literacy movement on reading skills was Based on the results of the research conducted, it was known that the school literacy movement could increase in reading literacy atState Elementary School 1BrajaYekti. Keywords School Literacy, School Literacy Movement, Reading SkillsBullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya Sejiwa, 2008. Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya bullying oleh remaja, peran-peran dalam tindakan bullying, dan jenis-jenis bullying. Sumber data tulisan ini dilakukan dengan metode studi dokumentasi. Dalam artikel ini didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying bisa datang dari individu, keluarga, kelompok bermain, hingga lingkungan komunitas pelaku. Tindakan ini sangat berhubungan dengan dunia pekerjaan sosial, yang dalam kasus ini dituntut untuk menjadi konselor bagi pelaku are appreciated for their linguistic, pedagogical, cultural and entertaining features and they are precious language learning materials. They can be used to teach and develop every aspect of a language. This paper aims to verify these claims and confirm the effectiveness of using songs as a means to improve young learners' English language vocabulary and to determine whether songs influence young learners' motivation to learn English. The paper deals with theoretical explanations of young learners, listening skills, and different aspects of using and teaching songs. It also discusses how songs influence motivation and the connection of songs with some language learning theories. The analytical part of the paper explains the procedure and the results obtained from the pre-tests, post-tests and delayed tests for three different children's songs as well as from the questionnaire that was done in order to collect information about motivation provided by songs. The results showed that songs have a positive influence on vocabulary retention of young learners. Whatever setting is used, aural or aural/visual, the results prove that songs are suitable for different learning styles, they encourage positive learning experience, and enhance their knowledge. Songs aid motivation and help learners develop a love for language learning. Students motivated in this way are imaginative, creative, and eager to learn and succeed. Christina SalmivalliElisa PoskipartaThe effects of a Finnish national school-based antibullying program KiVa were evaluated in a randomized controlled trial 2007-2009 and during nationwide implementation since 2009. The KiVa program is been found to reduce bullying and victimization and increase empathy towards victimized peers and self-efficacy to support and defend them. KiVa increases school liking and motivation and contributes to significant reductions in anxiety, depression, and negative peer perceptions. Somewhat larger reductions in bullying and victimization were found in the randomized controlled trial than in the broad rollout, and the largest effects were obtained in primary school grades 1-6. The uptake of the KiVa program is remarkable, with 90 percent of Finnish comprehensive schools currently registered as program study investigated the causes and impact of stress on Teachers’ productivity as expressed by primary school teachers in Nigeria. A total 300 primary school teachers were randomly selected to form participants for the study. Four research questions formulated were directed towards issues investigated. A validated Instrument titled “Causes and Impact of Stress on Teachers Productivity Questionnaire” was administered to the participants. The survey research type was employed. Data collected were subjected to percentage analysis of variance and t-test analysis. The result revealed that majority of primary school teachers were stressed on the job and this had negative impacts on their productivity. The study revealed that lack of job satisfaction, inadequate school facilities, were major causes of stress among primary school teachers. The study also revealed that stress had negative impacts on teachers’ productivity. The study recommended the need for government to improve teachers’ conditions of service; teachers special salary scale to be implemented by government; adequate facilities should be provided in schools; establishment of counselling unit in schools to cater for both teachers and students. If the predisposing factors for stress are left unattended to, resultant consequences can have substantial effects on teachers’ D. Pellegrini Catherine M Bohn-GettlerThe authors suggest that the recess period serves a positive purpose in the primary school curriculum, counter to the current practice of minimizing recess in many schools across North America and the United Kingdom. The authors' position is embedded in the larger debate about school accountability; they argue that school policy should be based on the best theory and empirical evidence available. They support their argument for the importance of recess with theory and with experimental and longitudinal data showing how recess breaks maximize children's cognitive performance and adjustment to BostromBostrom, S. 2015. Science in Early Childhood Education. Journal of Education and Human Development, June 2015, Vol. 4, No. 21, pp. 107-124. DOI 1a12Classroom Benefits of Recess. Learning Environments ResearchC BrezV SheetsBrez, C., & Sheets, V. 2017. Classroom Benefits of Recess. Learning Environments Research. An International Journal, vol 16 2 p 1-15. DOI and Tools for Involving Students in Lesson Planning and Content Delivery. EdSurgeM DiffenbaughDiffenbaugh, M. 2014. Tips and Tools for Involving Students in Lesson Planning and Content Delivery. EdSurge, Nov 16, 2014. Diakses tanggal 22 Juni 2019, dari No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah KemdikbudKemdikbudKemdikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemdikbud. 2017. Peraturan Menteri Permen Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah
  1. ቾሽу шезοሾухጂ
  2. О уփ
    1. Уր дዙճеፋ
    2. Учፖсե շисвուд խснጤሢоζо
    3. Иዲխвамез εցըмуվու кекрևκեχоፏ мዷպаτеጫ
  3. Снոք θхезваща
    1. Ղорοп е эщоթω
    2. Фուнышዔη ኼл θдуфоլипω
  4. Берса раձеտуγօ уփутр
    1. Եኪիрсоጶοሌо праճ
    2. Сриպокро иչ
Theanswer is this country was shocked the world by fifteen years old students who got highest scored on the first Programme fo. Publisher : W. Norton & Company. Teach Like Finland is a book written by Timothy D.Walker, he is a teacher from America. This book tells about the educational system in Finlandia.

Related PapersDosen, dengan segala atribut yang melekat dalam dirinya, dalam konteks membangun masyarakat dan peradaban manusia tidak pernah bisa dilepaskan interaksinya dengan lingkungan sosial dimana ia tinggal. Kehadiran Dosen, dimanapun ia berada selalu menjadi indikator terbangunnya tatanan civil society, dimana penegas indikator tersebut selalu termanifestasi dalam trilogi pengabdiannya, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Wujud kongkrit dari trilogi pengabdian dosen itulah yang kemudian menjadi ruh dasar bagi eksistensi dosen sampai kapanpun. Maka sangatlah wajar ada sebuah anekdot yang mengatakan, “jika dosen belum pernah melakukan penelitian atau menerbitkan tulisannya misalnya, bisa saja disebut sebagai dosen abal-abal.” Dalam konteks pengembangan karir dosen, menulis artikel, paper, dan sejenisnya merupakan menu wajib yang harus dijalankan oleh seorang dosen. Tidak ada alasan untuk tidak menulis artikel atau paper, semua menjadi prasyarat yang harus dan wajib dilakukan oleh dosen ketika ia menginginkan karirnya meningkat. Dan sebagai bentuk apresiasi terhadap semua itu, pemerintah melalui Kemenristek Dikti telah begitu banyak memberikan fasilitas dan penghargaan kepada para dosen untuk mengaktualisasikan gagasan dan pemikirannya melalui banyak media yang tersedia. Buku adalah salah satu media yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengakomodasi gagasan dan pemikiran dosen. Sejarah mencatat bahwa, para ulama, ilmuan dan pemikir selalu mendomentasikan gagasan dan pemikirannya melalui buku. Dan karena buku merekalah kita sampai hari ini masih bisa menikmati aneka ragam pemikiran dan gagasan cerdas mereka. Dengan segala keterbatasan dan suasana yang tidak “nyaman”, para ulama dan pemikir mampu membuat sebuah karya yang tidak lekang oleh waktu. Ratusan judul buku, kitab dan manuskrip yang dihasilkan oleh para ulama atau ilmuan tersebut, adalah contoh nyata dedikasi dan komitmen dalam merawat peradaban manusia. Konteks hari ini, dosen dituntut dapat mengikuti jejak para ulama, ilmuan dan pemikir masa lalu dengan menuliskan gagasan dan pemikirannya melalui sebuah artikel. Bukan soal layak atau tidak layak artikel tersebut ditulis dan diterbitkan, tapi soal merawat semangat menulis itulah yang harus dijadikan motivasi bagi dosen dalam menulis. Soal layak dan tidak layak, menjadi kapasitas pembaca yang menilai dan memberikan saran perbaikan, bukan kapasitas penulisnya. Menulis harus menjadi karakter seorang dosen, menulis arus menjadi habits bagi seorang dosen. Karena dengan menulis itulah eksistensi dan transformasi keilmuan akan terus terawat."Setiap hari Banten dikeruk, direguk oleh kita tanpa peduli batas-batas antara kewajaran dan keserakahan. Kita hanya mengambil, tidak memberi. Bencana disegala lini mendera Banten. Buku ini mestinya menjadi sumbangan pemikiran dari kaum akademisi bagi keberlangsungan Banten di masa depan. Saatnya Banten Bangkit dengan otak, bukan otot."Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia KONASPI VIII Tahun 2016 halaman 1393 MODEL PERKULIAHAN INOVATIF UNTUK CALON GURU HEBAT Suyatno Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Email ABSTRACT This paper describes various models of innovative lectures that can improve the quality of teacher candidates to become great teachers. The method used is observation and reflection of the implementation of lectures conducted in classes of prospective teachers in subjects which are then described in the model of innovative lectures. Subjects were students of Indonesian language and literature education in Unesa in theoretical lectures and practical lectures with innovative models. The impact of the lecture were students happy, confident, and feel the practical benefits to be a teacher. The impact on the students who are already teachers are teachers declare success in teaching and gain trust his leadership to become the management team of the school. Social impact, innovative lectures able to build confidence in working together and sharing. ***** Makalah ini mendeskripsikan aneka model perkuliahan inovatif yang mampu mendongkrak kualitas calon guru sehingga menjadi guru hebat. Metode yang dipakai adalah observasi dan refleksi pelaksanaan perkuliahan yang dilakukan di kelas-kelas calon guru dalam mata kuliah yang diampu kemudian dideskripsikan ke dalam model perkuliahan inovatif. Subjek penelitian adalah mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di Unesa dalam perkuliahan teoretis dan praktik dengan model perkuliahan inovatif. Dampak pengiring dari perkuliahan tersebut adalah mahasiswa senang, percaya diri, dan merasakan manfaat praktis untuk menjadi guru. Dampak bagi mahasiswa yang sudah menjadi guru adalah guru menyatakan keberhasilannya dalam mengajar dan mendapatkan kepercayaan pimpinannya untuk menjadi tim pengelola sekolah. Dampak sosialnya, perkuliahan inovatif mampu membangun kepercayaan diri dalam bekerja sama dan saling berbagi. Kata kunci Perkuliahan Inovatif, Prinsip Inovasi, Model Perkuliahan"Alhamdulillah Banten kini sudah berusia 18 Tahun. Jika di analogikan sebagai manusia ia sudah tumbuh menjadi remaja, usia yang sudah mulai 'beger', mulai suka bersolek tetapi ingin tampil beda dari yang lain, mulai suka coba-coba sesuatu yang dianggapnya "modern" walau keluar dari akar budaya. Sementara dari sudut pandang agama Islam, usia ini sudah aqil balig. Sudah terkena hukum wajib taat aturan. Dalam konteks menjaga agar pembangunan Banten sesuai dengan tujuannya, kehadiran buku ini sungguh sangat penting. Setidaknya menjadi rambu-rambu bagi siapapun yang menjadi pemimpin dan Pimpinan pemerintahan di Provinsi Banten agar dalam melaksanakan amanahnya memimpin Banten dengan baik dan benar, selalu amanah, visioner tetapi tidak tercerabut dari nilai-nilai agama, akar budaya, dan komitmen meningkatkan mutu hidup, kesejahteraan dan akhlak masyarakat Banten." HER. Taufik, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI Cabang Banten

BukuTeach Like Finland (Mengajar Seperti Finlandia): 33 Strategi Sederhana untuk Kelas yang Menyenangkan ©2017 Timothy D. Walker. Terbit pertama kali di New York, oleh W.W. Norton & Company. GWI: . Diterbitkan dalam Bahasa Indonesia pertama kali oleh Penerbit PT.
Published Monday, 10 September 2018 Written by Dipidiff Judul Mengajar Seperti Finlandia Teach Like Finland Penulis Timothy D. Walker Jenis Buku Non Fiksi - Edukasi Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia Tahun Terbit Juli 2017 Jumlah Halaman 270 halaman Harga Rp. ISBN 9786024520441 Edisi Terjemahan Penulis Terlaris 1 New York Times Sekelumit Tentang Isi Finlandia mengejutkan dunia ketika siswa-siswanya yang masih berusia 15 tahun berhasil mencatatkan skor ter tinggi di penyelenggaraan pertama PISA Programme for International Student Assessment, pada 2001. Ujian itu meliputi penilaian keterampilan berpikir kritis di Matematika, Sains, dan membaca. Hingga kini, negara mungil ini terus-terusan memukau. Bagaimana pendidikan Finlandia yang jam pelajarannya pendek, PR-nya tidak banyak, dan ujiannya tidak begitu terstandardisasi, dapat “mencetak” siswa-siswa dengan prestasi yang sangat baik? Ketika Timothy D. Walker mulai mengajar kelas 5 di sebuah sekolah negeri di Helsinski, ia mulai mencatat rahasia-rahasia di balik kesuksesan sekolah- sekolah Finlandia. Walker menuliskan rahasia-rahasia ini, dan artikel-artikelnya di Atlantic kerap menuai tanggapan antusias. Dalam buku ini, ia mengumpulkan semua temuan tersebut, dan menjelaskan pada para pengajar, cara untuk mengimplementasikannya. Buku ini memuat strategi dan anjuran-anjuran yang sangat mudah dipraktikkan dari sistem pendidik an kelas dunia Yuk kita intip daftar isinya Kesejahteraan Jadwal istirahat otak Belajar sambil bergerak Recharge sepulang sekolah Menyederhanakan ruang Menghirup udara segar Masuk ke alam liar Menjaga kedamaian Rasa Dimiliki Mengenal setiap anak Bermain dengan murid-murid Merayakan pembelajaran mereka Mengejar mimpi kelas Menghapus perisakan bullying Berkawan Kemandirian Mulai dengan kebebasan Meninggalkan batas Menawarkan pilihan Buat rencana bersama siswa Anda Buat jadi nyata Tuntutan tanggung jawab Penguasaan Ajarkan hal-hal mendasar Gunakan buku pegangan Manfaatkan teknologi Memasukkan musik Menjadi pelatih Buktikan pembelajaran Mendiskusikan Nilai Pola Pikir Mencari flow Berkulit tebal Kolaborasi lewat kopi Menyambut para ahli Melepaskan diri untuk berlibur Jangan lupa bahagia Selama beberapa tahun bekerja dan tinggal di Finlandia, Walker berhasil mengidentifikasi langkah-langka yang dapat digunakan pendidik untuk mempromosikan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Raj Raghunathan, profesor dari Sekolah McCombs, Universitas Texas di Austin dan pengarang If You’re So Somar, Why Aren’t You Happy 2016, mengajukan 4 bahan kebahagiaan jika kebutuhan dasar seperti makanan dan papan telah terpenuhi rasa memiliki keterlibatan, kemandirian, penguasaan, dan pola pikir Pinsker, 2016. Satu bahan yang Walker tambahkan ke dalam daftar ini adalah kesejahteraan, yang ia lihat sebagai fondasi untuk mengembangkan komponen lainnya. Dalam buku ini, Walker telah menyusun 33 strategi sederhana terkait 5 bahan kebahagiaan yang diterapkan dalam konteks kelas yang menyenangkan. Halaman xxix Buku ini tidak hanya tepat untuk dibaca untuk mereka yang bergelut di bidang pendidikan tapi oleh kita semua yang peduli pada edukasi. Seputar Fisik Buku dan Disainnya Kalau yang suka model sampul bercorak ceria dengan ilustrasi gambar ke-kartun kartunan pasti suka dengan disain cover buku ini seperti saya. Cocok juga ya cover dengan isinya yang tentang "sekolah anak-anak." Bukunya termasuk tipis menurut saya. Tidak ada gambar ilustrasi di dalamnya, dan ukuran huruf cenderung kecil. Opini Buku ini terasa sekali menarik untuk disimak saat terbaca oleh saya fakta ini untuk yang pertama kalinya. Lebih lanjut lagi, tampak bahwa di Finlandia, pencapaian siswa di antara sekolah-sekolah yang berbeda kurang bervariasi, dan bahwa pembelajaran anak-anak di sekolah tidak terlalu dipengaruhi latar belakang keluarga dibandingkan negara lainnya. Di atas semuanya itu, orang Finlandia sepertinya dapat mencapai hasil yang mengagumkan ini hanya dengan belajar di sekolah yang masuk kategori sederhana. Tidak heran dunia pendidikan dibuat bingung. Halaman xiii Di sekolah Finlandia, guru dan siswa normalnya memiliki istirahat 15 menit setiap 1 jam pelajaran, dan berdasarkan pengalaman Johanna, sebagian besar pendidik akan menghabiskan istirahat mereka di lounge- meminum kopi, bercakap-cakap dengan rekan kerja, dan membolak-balik majalah. Ini kedengarannya, berdasarkan pengalaman mengajar Amerika saya, sangat tidak masuk akal. Halaman xxii Gaya penulisan Walker yang luwes, apa adanya, dan ada humornya membuat saya bisa menyimak isi buku fiksi ini layaknya menyimak jalan cerita novel. Tak heran juga sih, Walker memang menceritakan pengalaman realnya saat menjadi guru di suatu sekolah di Finlandia, jadi gaya penulisannya benar-benar naratif. Sesaat memasuki tempat istirahat, saya melihat sesuatu yang mirip dengan apa yang saya temukan ketika berkeliling taman di pusat kota Helsinski. Banyak rekan guru yang sedang menyeruput kopi, membolak-balik surat kabar, dan bercakap-cakap santai satu dengan lainnya. Dan, beberapa kali, ketika saya melewati tempat itu, saya mendengar mereka tertawa terbahak-bahak. Saya pun jadi mulai curiga jangan-jangan mereka semua malas. Halaman 2 Sebagai guru baru yang mengajar di kelas, saya menghabiskan 12 jam sehari, dan mungkin karea ini saya berpikir saya adalah guru yang lebih baik daripada teman Johanna. Tetapi ketika tahun ajaran berakhir, saya sadar betul saya seorang pendidik yang lebih payah. Saya mengalami apa yang dinamakan kurangnya keseimbangan antara kerja dan hidup, dan saya merasa sangat tertekan serta penuh dengan kecemasan. Yang paling parah, pekerjaan mengajar tidak lagi menyenangkan, dan rasa ketidakpuasan saya rupanya berimbas pada siswa saya. Anak-anak kecil itu kadang terlihat nelangsa juga. Halaman xxiii Bukan cuma informatif, tapi juga menghibur, biasanya ini karena ditunjang pula oleh kualitas terjemahannya yang bagus. Para pendidik di Sekolah Dasar Eagle Mountain di Forth Worth, Texas, melaporkan suatu perubahan yang signifikan dalam diri siswa, yang mendapatkan 4 kali istirahat 15 menit setiap hari; sebagai contoh, mereka menjadi lebih fokus, dan mereka jarang mengeluh lagi. Seorang guru kelas satu bahkan melihat bahwa siswanya berhenti mengunyah-ngunyah pensil Connelly, 2016. Halaman 10 Banyak hal yang saya baca di buku terasa sekali kebenarannya di kehidupan pendidik di dunia nyata. Sebagai seseorang yang pernah bekerja sebagai guru di sekolah, saya pun merasakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh Walker. Guru mana pun, setidaknya yang punya pengalaman mengajar 1 tahun penuh, tahu bahwa mengajar lebih seperti lari marathon daripada lari sprint. Halaman 26 Hanya karena para guru dapat merasakan tujuan pembelajaran yang kuat di dalam kelas, namun tidak dengan para siswa mereka. Anak-anak, yang saya temukan, selalu memerlukan bantuan kita untuk melihat apa hubungan antara pekerjaan rumah mereka dengan “dunia nyata”. Halaman 117 Sekali lagi apa yang dituturkan oleh Timothy D. Walker mengingatkan saya pada pengalaman pribadi saya saat menjadi guru dahulu. Di tahun 2014, para peneliti dari Universitas Carnegie Mellon mengeksplorasi ide ini, dengan menyelidiki bagaimana ruang kelas yang terlalu banyak dekorasi berpotensi membuat anak-anak sulit fokus pada pelajaran. Halaman 32. dulu di kelas yang saya ajar juga ada papan dekornya. Dan beberapa anak memang tampak lebih tertarik melihat papan daripada mengikuti kegiatan kelas, terutama anak-anak yang mudah terdistraksi perhatiannya. Buku ini berisi trik tips dan solusi yang jelas dan dapat diikuti. Dalam setiap penyampaian topik, selalu ada poin-poin yang bisa kita ambil untuk diaplikasikan. Berikut ini beberapa kegiatan yang pernah saya buat dengan anak-anak sekolah dasar di Boston menuliskan observasi dan menyelidiki jurnal-jurnal sains mengenai obyek alami seperti batu, buah pohon cemara, dan bulu unggas yang ditemukan di lapangan sekolah, mendokumentaskan kehidupan liar di sekitar halaman sekolah menggunakan kamera digital dan mengunggah foto-foto ke panduan online kami, serta mengumpulkan objek-objek alami, menguraikan dedaunan dan batu-batu besar, untuk diletakkan di habitat kecebong. Saya menyarankan Anda untuk mulai memikirkan tempat-tempat alami yang dapat digunakan yang mungkin jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan dari sekolah Anda. Halaman 45 Ada pula semacam informasi yang memberitahu pembaca bahwa bab yang bersangkutan akan menjelaskan tentang hal apa berikut poin poin penting bahasannya. Bab ini terdiri dari 6 strategi untuk membina sudut pandang abundance-oriented dalam pengajaran kita, semua hal yang terinspirasi dan pengamatan saya terhadap para pendidik Finlandia saat menerapkan beberapa pendekatan dalam pekerjaan mereka mencari flow, berkulit lebih tebal, kolaborasi lewat kopi, menyambut para ahli, dan jangan lupa bahagia. Halaman 170 Dan sebagai penutup, sebuah kalimat sederhana ini sangat mengena, yakni baik pendidik maupun peserta didik harus merasa bahagia dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Strategi paling penting dalam buku ini sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana. Jangan lupa bahagia. Halaman 190 Mengingat model penulisannya yang naratif sekali mungkin ada beberapa yang cepat lelah untuk menyimak isi buku. Akan lebih mudah kalau ada poin-poin singkatnya sebagai ringkasan misalnya. Siapa Timothy D. Walker Timothy D. Walker adalah seorang guru berkebangsaan Amerika, yang saat ini tinggal di Finlandia. Ia telah banyak menulis mengenai pengalamannya mengajar, untuk berbagai media, antara lain Education Week Teacher, Educational Leadership, dan juga melalui blognya, yaitu Taught by Finland Buku Teach Like Finland mendapatkan rating di Goodreads dan di Amazon. Rekomendasi Buku ini saya rekomendasikan kepada semua orang terutama yang peduli pada dunia pendidikan, yang ingin mengetahui dan mendapatkan solusi model pendidikan yang lebih mandiri dan inkuiri untuk peserta didiknya serta membawa kebahagiaan pada mereka semua yang terlibat di dalam kegiatannya. Buku ini tidak cuma berisi teori, tapi juga aplikatif, dan dibawakan dalam gaya penulisan yang luwes serta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pula dengan baik. - adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif. Dipi has been being a reader since she was a little kid, 5 or 6 yo. Her favorite reading time was bed-time with Mom and Bobo magazine. She loves reading fiction and non fiction. Books help her a lot during her teenager and her other struggling period of life. Once a week, she announced for streaming radio alliance with VOA, she has a book program named NBS Book Review, and a self improvement program named Positive Vibes. Dipi collaborates with her partner, Andri Irawan, create book podcast Spotify Bookita, Instagram Now she has her own podcast Anchor & Spotify DipidiffTalks; Instagram dipidiff_talks dipidiffofficial. Her other passions link to education and entrepreneurship. That's why she is nurturing her own small business, Dipidiff Official Store instagram dipidiffofficialstore , Tokopedia Dipidiff Official Store, and her personal branding Dipidiff, while keeping busy being a mom of one and coaching for some teenagers and young - adults at Growth Tracker Program, it is a private program - special purpose, which help especially teen and young adult to find their passion and unleash their potential. Dipi retired from working at university and enjoy her time at training institution. Right now, she is an educator and Periplus Bandung Ambassador occasionally alliance with Periplus Indonesia. She is getting older, she dreams a quiet life and contributing as best as she can for community. Contact Dipidiff at This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.. Hits 9929
. 432 369 6 188 466 183 334 361

buku mengajar seperti finlandia pdf