Videoini mengisahkan syekh Abdul Wahab rah.a yang menguburkan jenazah laki-laki paling dibenci dikampungnya karena dianggap aib. Sampai sampai tidak ada ro

Kita sekarang hidup di zaman akhir. Yang mana ukuran keberhasilan dan kesuksesan ditentukan oleh capaian duniawi. Itu pula yang menyebabkan hati kian kotor, buram dan jauh dari kebaikan. Karenanya, ada 7 cara yang bisa dilakukan untuk menyucikan hati. Kemudian, mengapa masih banyak saja dijumpai beragam penyimpangan di muka bumi ini? Salah satunya adalah karena manusia gemar menuruti hawa nafsunya. Mengumbar kegandrungan berbuat keburukan padahal akan membahayakan diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan sekitar. Karenanya penting untuk berupaya menyucikan hati yang sengaja dimunculkan dalam khutbah Jumat singkat kali ini. Yakni kita diingatkan untuk tidak mudah menuruti keinginan hawa nafsu. Dalam menjalani hidup harus menahan amarah dan keburukan lain agar tercipta kedamaian dan ketentraman. Khutbah singkat ini mengajak jamaah Jumat untuk menyadari hal tersebut dengan terus meningkatkan takwallah. Menjalankan yang diperintah dan menjauhi larangan sebagai pengejawantahan sebagai muslim ideal. Untuk keperluan mencetak materi khutbah singkat terbaru berjudul 7 Cara Menyucikan Hati adalah dengan mengklik ikon print berwarna merah di bawah artikel. Semoga khutbah Jumat berkah dan lancar. Redaksi Khutbah Pertama ุงู„ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ูุŒ ุงู„ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ุดูŽุฑูŽุนูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุงู„ุฌูู‡ูŽุงุฏูŽุŒ ูˆูŽุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ุงูŽ ุงู„ููŽุณูŽุงุฏูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ุดู‡ุงุฏูŽุฉูŽ ุฃุฏูŽุฎูŽุฑูŽู‡ูŽุง ู„ููŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู…ูุนูŽุงุฏุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏู†ุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนูู‰ ุจูู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ูˆูŽููุนู’ู„ูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุดูŽุงุฏู. ุงู„ู„ู‡ู…ู‘ ุตูŽู„ู‘ ูˆุณู‘ู„ู‘ูู…ู’ ุนู„ูŽู‰ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ุฏู ูˆูุนูŽู„ูู‰ ุขู„ูู‡ ูˆุฃุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ู‡ูุฏูŽุงุฉู ุงู„ุฃูŽู†ูŽุงู…ู ููŠ ุฃูŽู†ู’ุญูŽุงุกู ุงู„ุจูู„ุงูŽุฏู. ุฃู…ู‘ูŽุง ุจุนู’ุฏูุŒ ููŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูููุนู’ู„ู ุงู„ุทู‘ูŽุงุนูŽุงุชู Maasyiral Muslimin Rahimakumullah Semoga kesempatan hadir di masjid ini sebagai sarana meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Hadirin yang Berbahagia Pada kesempatan kali ini diketengahkan dua kisah teladan dari Sayyidina Umar bin Khattab Radhiallahu Aanhu dan Hatim al-Asham. Kisah ini semoga dapat menjadi inspirasi dalam beramal dan menjalankan ibadah keseharian. Sehingga kita benar-benar menjadi muslim yang sehat lahir dan batin. Jamaah Rahamakumullah Suatu ketika seorang sufi ahli ibadah bernama Hatim al-Asham w. 237 M diminta penjelasan oleh Ashim bin Yusuf setelah pengajian majlis taklimnya. Ashim bin Yusuf adalah seorang ahli fiqih yang melihat segalanya dari kacamata syariah. Ashim bertanya kepada Hatim Ya syaikh, bagaimanakah cara kamu melaksanakan shalat? Hatim al-Asham sebagai ahli tarekat dan syariat menjawab Ketika masuk waktu shalat, aku berwudhu dengan dua wudhu, wudhu lahir dan wudhu bathin. Wudhu lahir itu syariat dan wudhu batin adalah hakikat. Ashim bin Yusuf sebagai santri yang berkonsentrasi pada fiqih agak terkejut. Sebelum memperpanjang keterkejutannya, Hatim al-Asham segera menerangkan Wudhu lahir dilakukan dengan membersihkan anggota badan menggunakan air. Kalau wudhu bathin itu harus mencuci hati salamatush shadri dengan 7 hal. 1. Dicuci dengan rasa penyesalan atau an-nadamah. Menyesali dari berbagai kesalahan dan menyesali karena meninggalkan kebaikan. Mengenai an-nadamah ini, kisah Sayyidina Umar bin Khattab RA patut direnungkan. Bahwa Sayyidina Umar bin Khattab RA memiliki kebun kurma di Madinah. Pohon-pohon kurmanya berbuah dengan kwalitas bagus, manis dan legit. Tidak hanya itu, bahkan di dalam kebun terdapat satu sumber air, padahal sudah maklum sulitnya sumber air di Madinah. Betapa bahagianya hati Sayyidina Umar memiliki kebun tersebut, hingga seringkali berjalan mengelilingi dan memeriksa hasil kebunnya. Hingga suatu saat sepulang dari kebun itu beliau berjumpa dengan para sahabat yang berjalan bersamaan. Kemudian Sayyidina Umar bertanya Dari manakah gerangan kalian berjalan bersama? Para sahabat menjawab Ini dari pulang berjamaah ashar. Kontan saja Sayyidina Umar berucap Innalilahi wa inna ilaihi rajiun, jadi ini tadi habis jamaah ashar? Masyaallah saksikanlah para sahabat, karena aku ketinggalan jamaah karena kebun kurma ini. Maka kebun ini aku wakafkan kepada fakir miskin. Demikianlah selayaknya contoh yang harus kita teladani dalam hal penyesalan meninggalkan satu ibadah kebaikan. Bacaan taraji' yakni innalilahi wa inna ilaihi rajiun, sebenarnya merupakan ungkapan ketika seseorang mendapatkan cobaan dan musibah. Jadi suburnya kebun dan sumber air bagi Sayyidina Umar tidak lain hanyalah cobaan yang menimpa dirinya. Dan kalimat innalilahi wa inna ilaihi rajiun menunjukkan betapa penyesalan yang luar bisa dari beliau akibat ketinggalan shalat jamaah ashar. Pertanyaannya, apakah demikian keadaan kita? Pernahkan kita berucap innalilahi wa inna ilaihi rajiun ketika ketinggalan satu shalat jamaah? Ada juga kita innalilahi wa inna ilaihi rajiun ketika gelas di tangan terjatuh, ketika makanan tertumpah dari tangan. Bukankah itu sama artinya kita lebih menghargai gelas dan maknan daripada shalat jamaah? Hadirian yang Berbahagia 2. Hati harus dicuci dengan tobat. Tobat yang dimaksud adalah taubatan nashuha atau sungguh-sungguh dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika perlu tobat itu disertai dengan puasa tiga hari sebagai bukti kesungguhan dan membiasakan shalat di malam hari. 3. Hati harus dicuci dengan meninggalkan cinta dunia atau tarku hubbid dunya. Mengapa? liannahu ra'su kulli khati'athin, karena cinta dunia mengakibatkan kesalahan. Mengapa menipu? Karena hubbid dunya, orang akhirnya selingkuh. Karena hubbid dunya, tindakan berikutnya korupsi. Sekali lagi sebab utamanya karena hubbid dunya. Hadirin yang Dirahmati Allah 4. Hati dicuci dengan menjauhkan diri dari suka kekuasaan atau hubbur riyasah. Karena sesunggunya kekuasaan sering menyibukkan manusia dan memalingkannya dari Allah Yang Maha Kuasa. 5. Hati harus dicuci dengan meninggalkan suka dipuji atau hubbul mahmadah. Pujian seringkali menenggelamkan manusia dalam ke-Aku-annya yang mengakibatkan kesombongan yang luar biasa. 6. Baiknya hati dicuci dari dendam tarkul hiqdi. Meninggalkan dan melupakan dendam yang secara otomatis akan membawa seseorang tabah dan sabar menghadapi cobaan dan rasa sakit dari orang lain yang disebut hamlul adza. Jamaah yang Berbahagia 7. Baiknya hati dicuci dengan tarkul hasad, meninggalkan hasud yang sangat berbahaya. Karena hakikatnya hasad itu sebagaimana bahayanya api yang dengan cepat membakar kayu. Demikian maasyiral muslimin, bahwa Hatim memaknai wudhu secara bathin. Lalu bagaimanakah caranya melaksanakan shalat? Kemudian lanjut Hatim al-Asham Ketika memulai shalat aku merasa Ka'bah di depanku, surga di kananku, neraka di kiriku, shirathal mustaqim di telapak kakiku, dan Izrail telah menunggu di belakangku yang siap menyabut nyawa. Inilah praktik qashrul amal atau pendeknya angan-angan sehingga untuk beribadah lebih ditingkatkan. Jamaah yang Berbahagia Demikianlah khutbah Jumat kali ini yang disampaikan melalui kisah dan cerita. Sesungguhnya dalam kisah itu terdapat hikmah yang dapat dijadikan uswah bagi kita. Ya Allah jadikanlah kami semua bagian dari orang-orang yang beruntung yang mampu menjalankan perintah-Mu secara benar dan meninggalkan larangan dengan benar pula, amin. Khutbah Kedua ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุจูู‡ู ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูู…ููˆู’ุฑู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุฅูู„ู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู. ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽุจูุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูุŒ ููŽูŠูŽุง ุนูุจูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃููˆู’ุตููŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽูู’ุณููŠู’ ุจูุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ููŽุงุฒูŽ ุงู„ู’ู…ูุชู‘ูŽู‚ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุญูุซู‘ููƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูุฑู’ุญู‹ู…ููˆู’ู†ูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูููŠู’ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงุนู’ุจูุฏููˆุง ุฑูŽุจู‘ูŽูƒูู…ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆู†ูŽุŒ ูˆูŽู‚ุงูŽู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงุชู‘ูŽู‚ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุญูŽูŠู’ุซูู…ูŽุง ูƒูู†ู’ุชูŽ ูˆูŽุฃูŽุชู’ุจูุนู’ ุงู„ุณู‘ูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉูŽ ุชูŽู…ู’ุญูู‡ูŽุง ูˆูŽุฎูŽุงู„ูู‚ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ุจูุฎูู„ูู‚ู ุญูŽุณูŽู†ู. ุตูŽุฏูŽู‚ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูˆูŽุตูŽุฏูŽู‚ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐู„ููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุงู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุดู‘ูŽุงูƒูุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุกูŽุงู…ูŽู†ููˆุง ุตูŽู„ู‘ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู…ู‹ุง. ุงูŽู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ุงู’ู„ุฃูŽุญู’ูŠุงูŽุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู’ู„ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุณูŽู…ููŠู’ุนูŒ ู‚ูŽุฑููŠู’ุจูŒ ู…ูุฌููŠู’ุจู ุงู„ุฏู‘ูŽุนูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽู‚ูŽุงุถููŠูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุงุชู ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ู„ูŽุง ุชูุคูŽุงุฎูุฐู’ู†ูŽุง ุฅูู†ู’ ู†ูŽุณููŠู†ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃู’ู†ูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูุตู’ุฑู‹ุง ูƒูŽู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ู’ุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ูู†ูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุง ุชูุญูŽู…ู‘ูู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ูŽุง ุทูŽุงู‚ูŽุฉูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ู‘ูŽุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงู†ูŽุง ููŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑ ุนูุจูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู! ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุจูุงู„ู’ุนูŽุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุฅููŠุชูŽุงุกู ุฐููŠ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจูŽู‰ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ููŽุญู’ุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุบู’ูŠู ูŠูŽุนูุธููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุฐูŽูƒู‘ูŽุฑููˆู†ูŽุŒ ููŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ูŠูŽุฒูุฏู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุณู’ุฃูŽู„ููˆู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ููŽุถู’ู„ูู‡ู ูŠูุนู’ุทููƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู

Bertuturadalah cara yang efektif untuk menyentuh hati dan mengubah perilaku seseorang. Penuturan yang benar dan baik akan mampu menembus hati terdalam seseorang. Karena itu pula, sebagian besar muatan al-Qur'an berupa kisah. Allah Ta'ala hendak menegaskan, kisah yang memiliki hikmah merupakan cara pengajaran yang efektif terhadap jiwa seseorang. Dengan tetap harus memperhatikan muatan sumber gambar Bertutur adalah cara yang efektif untuk menyentuh hati dan mengubah perilaku seseorang. Penuturan yang benar dan baik akan mampu menembus hati terdalam seseorang. Karena itu pula, sebagian besar muatan al-Qurโ€™an berupa kisah. Allah Taโ€™ala hendak menegaskan, kisah yang memiliki hikmah merupakan cara pengajaran yang efektif terhadap jiwa seseorang. Dengan tetap harus memperhatikan muatan kebenaran, kita dibolehkan untuk mengadopsi berbagai kisah kehidupan. Sebab hikmah milik orang beriman, bisa diambil di mana pun, dari kalangan mana pun. Selama muatannya bagus dan tak menyelisihi kandungan suci al-Qurโ€™an, kisah bisa diambil untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah kisah sufi yang cukup masyhur, tersebutlah dua orang. Orang pertama memiliki badan tambun, berisi, gemuk. Sedangkan orang kedua kurus, sedikit dagingnya. Alkisah, dua insan tersebut dimasukkan ke dalam jeruji besi. Dipenjara karena sebuah kasus. Kepada para muridnya, sang sufi melontarkan pertanyaan; di antara dua orang tersebut, mana yang bisa bertahan lebih lama? Orang-orang yang gemuk dalam kisah ini merupakan perlambang manusia yang hobi mengupayakan dan menumpuk dunia. Banyak hal yang dia inginkan. Harta, tahta, dan wanita; semuanya ditumpuk hanya demi menuruti nafsunya. Orang gemuk ini berbeda dengan mereka yang memang digemukkan oleh Allah Taโ€™ala. Mereka gemuk karena nafsunya, tidak pernah berfikir akibat dari kegemukan yang mereka alami. Di dalam jeruji besi, orang gemuk tersebut lebih sering mengeluh, tidak tahan terhadap ujian dan siksaan para sipir penjara. Ia menyerah. Tak kuat menahan semua keburukan yang ditimpakan. Kebiasaannya menikmati hidup dengan mudah tanpa perjuangan yang berarti amat sukar ditolaknya. Imajinasinya masih meninggi dalam buai kenikmatan yang selama ini dia dapatkan. Berbeda dengan orang yang kurus. Ia santai menikmati ujian di penjara. Bahkan, makanannya lebih teratur lantaran ada jadwal makan di dalam kerangkeng besi. Saat di alam bebas, dia justru makan sekenanya; tidak jelas waktu dan menunya. Ia juga tahan banting dan tak mudah mengeluh, sebab sering kali mendapatkan kesukaran dalam hidup sehari-hari. Dengan tanpa mendiskreditkan saudara-saudara kita yang dikaruniai kegemukan oleh Allah Taโ€™ala, hendaknya kita mengambil hikmah. Apakah kita bisa benar-benar bertahan hidup jika kelak Allah Taโ€™ala menguji kita dengan beragam ujian ketidakbaikan dalam hidup? Wallahu aโ€™lam. [Pirman/Kisahikmah]

10Februari 2000. Pencerah Hati. Meskipun sangat menarik sebagai hiburan, kisah-kisah Sufi tidak pernah sekedar dianggap sama dengan fabel, legenda atau folklore . Kisah-kisah ini memiliki wit (ketangkasan pikiran), susunan, dan daya pikat yang sebanding dengan cerita terbaik kebudayaan manapun; namun fungsinya sebagai cerita-nasehat Sufi hanya

JAKARTA โ€” Seorang sufi biasa diketahui banyak menghabiskan waktu berzikir, beribadah, dan bermunajat kepada Allah dalam uzlah-nya. Tapi kali ini, ada seorang sufi yang melakukan amar maโ€™ruf nahi munkar dengan cara yang unik. Bagaimana cara dia melakukan itu? Berikut ini adalah kisahnya. Suatu hari ada lelaki membawa pisau tajam menyeret paksa seorang wanita. Wanita itu menjerit ketakutan. Ada orang yang menyaksikan peristiwa itu, tapi mereka tak berani menolong si wanita, karena takut berbaku hantam dan dihujam pisau oleh si pria tadi. Si pria terus menyeret wanita tadi. Kemudian hal itu dilihat oleh seorang sufi bernama Bisyr al-Harits al-Hafi. Sufi tadi mendekati si pria penyeret wanita tadi. Kemudian Bisyr menepuk bahu si penyeret wanita dengan lemah lembut. Entah bagaimana, pria itu mendadak pingsan. Karena si pria penyeret tak sadarkan diri, maka selamatlah si wanita, pergi cepat sejauh mungkin. Beberapa saat kemudian, lelaki si penyeret itu tersadar. Dia ditanya oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. โ€œApa yang engkau alami?โ€ kemudian dijawab olehnya, bahwa dia tak mengetahui apa-apa. Kemudian terdiam. Beberapa saat kemudian dia mulai teringat. Ada pria yang mencolek punggungnya sambil berbisik, โ€œSesungguhnya Allah pasti melihat dan mengetahui perbuatan dosa yang engkau lakukan saat ini.โ€ Mendengar perkataan itu, tiba-tiba badannya merinding, menjadi lemas, hingga akhirnya pingsan. โ€œAku tak kenal siapa dia.โ€ Lalu orang-orang di sekitarnya memberitahu si lelaki penyeret wanita, bahwa orang yang menyentuh punggungnya tadi adalah Bisyr al-Harits al-Hafi. Kisah ini diriwayatkan oleh Al-fath ibn Syakhaf dan ditulis oleh Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin. Siapa itu Bisyr al-Hafi? Dia adalah kekasih Allah, waliyyullah asal Merv, sebuah daerah yang kini masuk negara Iran. Sosok yang berpegang teguh kepada ahlus Sunnah wal jamaah itu pada mulanya hidup berfoya โ€“ foya, penuh dengan cinta dunia. Suatu ketika dia berjalan kaki. Kemudian menemukan sobekan kertas bertuliskan bismillahirrahmanirrahim. Ungkapan yang sering kita baca sehari-hari. Ayat pertama Surah al-fatihah. Entah kenapa, dia tersentuh dengan tulisan itu. Kemudian dia bersihkan kertas bertuliskan basmalah tadi. Lalu dia teteskan wewangian, dan disimpannya dengan baik. Setelah itu dia beraktivitas seperti biasa. Di tempat lain, ada kekasih Allah yang khusyu beribadah. Dalam uzlahnya, dia banyak menghabiskan waktu memasrahkan diri kepada Allah sampai lelah, dan tertidur. Dalam tidurnya, dia bermimpi mendengarkan suara, sampaikan hal ini kepas Bisyr, "Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku-harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti." Terbangun dari tidur, waliyyullah itu menganggap mimpi tadi adalah hal biasa. Kemudian dia kembali bermunajat dan beribadah seperti biasa. Lalu pada saat lelah, dia kembali tertidur. Lalu memimpikan hal yang sama. Hal itu terus dialaminya sampai tiga kali. Nah, ketika terbangun dari tidur, dia membersihkan diri dan pergi mencari Bisyr. Berdasarkan info yang dia dapatkan dari orang-orang di pinggir jalan, Bisyr sedang berkumpul bersama orang-orang di suatu tempat. Maka kekasih Allah tadi berangkat ke sana. Tiba di tempat yang dituju, kekasih Allah itu menyaksikan ada banyak orang di sana. Kemudian dia berkata, adakah yang benama Bisyr di sini. Mendengar panggilan tadi, Bisyr kemudian berdiri. Dia kemudian berkata kepada kawan-kawannya di sana, bahwa dia akan pergi dan tak kembali. Dia akan berubah tak lagi seperti Bisyr yang biasa mereka temui setiap hari. Sejak itu Bisyr menemui si kekasih Allah. Lalu Bisyr mendengarkan kisah mimpi orang shaleh tadi. Bisyr kemudian banyak menghabiskan waktu bermunajat dan beribadah. Dia diketahui mempelajari hadits dan ilmu-ilmu keislaman lainnya di Baghdad. Dalam keadaannya yang dekat dengan Allah, dia berjalan kaki, dan menemukan si lelaki penyeret wanita tadi. Dan seterusnya. Hidupnya serba pas-pasan. Bahkan dia sengaja menjadi pengemis dan hidup dengan pakaian sangat sederhana untuk membersihkan hati dan mempermainkan dunia. Bisyr hidup pada tahun 767 masehi atau 135 tahun setelah Nabi Muhammad wafat. Namanya dan kisah hidupnya diabadikan oleh sufi Fariduddin Attar dalam Tadzkiratul Auliya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini KisahSufi Menyentuh Hati, Malik Bin Dinar Mentalak Dunia Malik bin Dinar al-Sami' Putera seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan (Kabul) dan menjadi murid Hasan al-Bashri. Ia tercatat sebagai ahli Hadits Shahih dan merawikan Hadits dari tokoh-tokoh kepercayaan di masa lampau seperti Anas bin Malik dan lbnu Sirin. loading...Ketika hal itu didengar oleh Al-Ghazali, ia berkata, suatu pengaruh hanya bisa terjadi lewat cara dan saat yang tepat. Foto/Ilustrasi/Ist MAULANA Bahaudin Naqshband suatu kali ditanya, "bagaimana orang atau bayi yang tercela bisa disucikan dalam sekejap, misalnya cukup dengan mendatangi dan menyentuh seorang guru agung , seperti dikisahkan dalam banyak cerita?"Sang Maulana menuturkan kisah berikut sebagai jawaban, sambil mengatakan bahwa metode ini menyerupai jalan tak langsung dalam raja pada masa kerajaan Byzantium yang agung menderita suatu penyakit mematikan yang tak satu tabib pun mampu menyembuhkannya. Raja itu mengirim utusan ke setiap negeri untuk mencari obat yang manjur untuk penyakitnya. Salah seorang utusannya sampai ke madrasah Al-Ghazali yang Agung, seorang sufi yang konon merupakan salah satu orang suci terkemuka di Timur. Al-Ghazali menyuruh seorang muridnya mengadakan perjalanan ke juga Kisah Bijak Para Sufi Kisah PasirKetika murid bernama Al-Arif itu tiba, ia segera dibawa ke istana dan diperlakukan dengan sangat baik. Raja pun memohon agar Al-Arif mengobati penyakitnya. Syeh Al-Arif menanyakan macam obat yang telah diminum raja, dan yang rencananya akan dicoba nantinya. Kemudian, ia memeriksa ia meminta agar semua pegawai istana dipanggil, dan ia akan mengatakan cara pengobatan yang mungkin semua orang-orang terhormat di kerajaan itu sudah berkumpul, Sufi itu berkata, "Raja kalian sebaiknya menggunakan iman .""Raja kami memiliki iman," kata seorang pendeta, "namun sejauh ini tidak memberi hasil.""Kalau begitu," kata Sang Sufi, "aku terpaksa memberitahu bahwa hanya ada satu obat di bumi yang bisa menyelamatkan raja. Tetapi, aku tak mau mengatakannya, sebab obat itu sungguh mengerikan." Baca Juga Tetapi, para pejabat itu membujuk, mendesak, menjanjikan kekayaan, dan bahkan mengancamnya. Kemudian, darwis itu pun berkata, "Raja akan sembuh bila ia mandi dalam darah beberapa ratus anak berusia kurang dari tujuh tahun."Ketika kebingungan dan ketakutan yang muncul karena perkataan tersebut telah surut, para penasihat kerajaan memutuskan bahwa pengobatan tersebut layak dicoba. Memang, beberapa orang mengatakan bahwa tak sepantasnya mereka melakukan perbuatan barbar seperti itu atas saran seorang asing yang asal-usulnya diragukan. Tetapi, mayoritas hadirin menganggap bahwa setiap risiko mesti dihadapi demi menyelamatkan nyawa raja yang sangat dipuja dan dihormati itu. Baca Juga Mereka membujuk raja, yang keberatan, dengan mengatakan, "Yang Mulia tidak punya hak untuk menolak, sebab penolakan itu akan menghancurkan kerajaan ini yang bagaimanapun lebih bernilai daripada semua rakyatnya, apalagi hanya sejumlah anak kecil."Demikianlah diumumkan ke seluruh negeri bahwa beberapa ratus anak di Byzantium yang berusia kurang dari tujuh tahun harus dibawa ke Konstantinopel untuk dikorbankan buat kesehatan sang raja. Baca Juga Ibu-ibu dari anak-anak yang dirampas itu mengutuk raja, sebab ia telah menjadi monster yang meminta darah daging mereka untuk keselamatannya dirinya. Tetapi, beberapa di antara mereka berdoa agar raja sembuh sebelum tiba waktu penyembelihan anak-anak raja sendiri, setelah beberapa waktu lewat, mulai merasa bahwa ia tak boleh mengizinkan pembantaian serupa itu terhadap anak-anak kecil , dengan dalih apa pun. Pergulatan itu menyiksa batinnya siang dan malam hingga ia sampai pada satu tekad, "Aku lebih baik mati dari pada melihat anak-anak tak berdosa itu mati." Baca Juga Tak lama setelah raja itu bertekad demikian, rasa sakit yang ia derita mulai berkurang, dan segera saja kesehatannya pulih kembali. Mereka yang berpikiran dangkal seketika menyimpulkan bahwa raja menuai hasil dari tekad baiknya, yang lain, seperti juga mereka yang dangkal, menghubungkan kesembuhan raja dengan doa para ibu tadi, yang menggerakkan kekuatan Sufi Al-Arif ditanya tentang hal ihwal kesembuhan penyakit tersebut, ia berkata, "Karena raja tidak mempunyai iman, ia harus memiliki sesuatu yang sepadan. Sesuatu itu adalah gabungan antara tekadnya sendiri dan harapan mulia para ibu yang ingin agar penyakit raja sembuh sebelum waktu tertentu." DzunNun al-Misri (796 H - 859 H) adalah seorang Guru Sufi yang berasal dari Misri (Mesir). Nama lengkapnya adalah Dzul-Nun Abu Faid bin Ibrahim Thawban. Dzu
Muqadimah Segala puji bagi Allah tuhan Robbul Alamin, Maha Guru Semesta Alam juga selawat dan salam atas junjungan nabi kita Muhammad melalui ajaran belia kita akan memperoleh hidup yang bermakna baik didunia maupun diakhirat. Kisah Sufi yang ditulis disini merupakan kisah yang sangat menyentuh hati, yang dapat ditarik hikmahnya. Ada beberapa buku dan Site yang membahas kehidupan para sufi yang terdapat pada library kami, beberapa diantaranya kami kutipkan disini. Semoga melalui kisah-kisah ini akan menjadi cermin bagi kita semua untuk memperhalus, pemahaman kita tentang konsep kecintaan kita kepada Robbul Jalil sufisme. Untuk masuk kedalam kisah tersebut klik tauatan yang berada diabawah sub induk judul Kisah Sufi tersebut Wassalam Aryulius Jasuan
0views, 0 likes, 0 loves, 0 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from Riyo Fulana: Abdul Hasan Muhammad bin Isma'il, yang kemudian dikenal dengan Khair An-Nassaj. Ia merupakan sufi pertengahan
loading...Kisah ini yang diambil dari Buku Keempat dari Mathnawi karya Rumi, sudah jelas dengan sendirinya. Foto/Ilustrasi Ist Kisah berikut ini dinukil dari buku berjudul "Tales of The Dervishes" karya Idries Shah yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi". Berikut kisah tersebutAda seorang kaya dan murah hati yang tinggal di Bokhara. Karena ia memiliki pangkat tinggi dalam hierarki yang tidak kelihatan, ia dikenal sebagai Pemimpin Dunia. Ia membuat satu syarat untuk hadiah yang diberikannya. Setiap hari diberikannya emas kepada sekelompok masyarakat yang sakit, yang janda, dan selanjutnya. Tetapi tak diberikannya apa pun kepada yang membuka semua orang bisa tahan berdiam diri. Baca Juga Pada suatu hari, tibalah giliran para ahli hukum menerima bagian hadiah. Salah seorang di antara mereka itu tidak dapat menahan diri mengajukan permohonan selengkap dan sesuatu pun diberikan ia belum berhenti berusaha. Hari berikutnya, orang-orang cacat diberi hadiah, dan ia pun berpura-pura anggota badannya Sang Pemimpin mengenalinya, dan ia pun tak mendapatkan berikutnya lagi, ia kembali menyamar, menutupi wajahnya, bergabung dengan kelompok masyarakat yang berbeda. Kali ini pun ia dikenali dan dan lagi ia mencoba, bahkan juga pernah menyamar sebagai wanita namun tetap saja gagal. Baca Juga Akhirnya, ahli hukum itu bertemu dengan seorang yang mengurus pemakaman dan memintanya untuk membungkus dirinya dengan kain kafan. "Kalau Sang Pemimpin lewat, ia nanti mungkin mengiraku mayat. Ia mungkin melemparkan sejumlah uang untuk pemakamanku dan kau akan kuberi bagian."Hal itu pun dilaksanakan. Sekeping uang emas dilemparkan Pemimpin ke balutan kafan itu. Ahli hukum itu pun meraihnya, takut didahului oleh pengurus jenazah itu. Lalu, ia berkata kepada dermawan itu, "Kau mengingkari hadiah untukku. Lihat, bagaimana aku telah mendapatkannya!""Tak ada yang bisa kau dapatkan dariku," jawab orang murah hari itu, "sampai kau mati. Inilah makna ungkapan tersamar 'orang harus mati sebelum ia mati'. Hadiah itu datang setelah 'kematian', dan bukan sebelumnya. Dan bahkan, 'kematian' ini pun tak mungkin ada tanpa pertolongan."Menurut Idries Shah, kisah ini yang diambil dari Buku Keempat dari Mathnawi karya Rumi, sudah jelas dengan Darwis mempergunakannya untuk menekankan bahwa, walaupun anugerah bisa 'direnggut' oleh orang cerdik, kemampuan 'emas' yang diambil secara benar dari seorang guru seperti Si Pemurah dari Bokhara itu memiliki kekuatan yang melampaui apa yang kasat mata. Inilah sifat yang sulit dipahami dari anugerah. Baca Juga mhy
. 455 103 307 46 490 226 83 190

kisah sufi menyentuh hati